MEDIA AN NUUR─Ramadan telah berlalu. Ia pergi membawa berjuta kenangan manis: malam-malam tarawih, hari-hari penuh tilawah, dan hati yang ringan bersedekah. Tapi, keberhasilan Ramadan bukan hanya dirasakan saat Ramadan berlangsung, melainkan terlihat dari apa yang terjadi setelahnya.
Puasa Syawal Genapkan Pahala Seperti Setahun
Salah satu tanda keberhasilan seseorang dalam menjalani ibadah Ramadan adalah semangatnya untuk melanjutkan kebiasaan baik setelah bulan itu berlalu. Di antara bentuk kelanjutan ibadah tersebut adalah puasa enam hari di bulan Syawal.
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ، كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
"Barang siapa berpuasa Ramadan, lalu diikuti dengan enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah ia telah berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
![]() |
Ustaz Maryono sebutkan indikator keberhasilan Ramadan dengan amal setelahnya |
Pahala puasa Ramadan dan enam hari Syawal disamakan dengan puasa setahun penuh. Hal ini karena satu kebaikan dilipatgandakan menjadi sepuluh. Maka puasa Ramadan (30 hari) bernilai 300, dan puasa Syawal (6 hari) bernilai 60, totalnya 360 hari, yaitu seperti satu tahun.
Ini menjadi indikator nyata bahwa Ramadan benar-benar meninggalkan bekas dalam diri seseorang ketika ia tetap berusaha menyambung amal kebaikan setelahnya. Selain puasa di bulan Syawal, kita bisa melanjutkan dengan puasa sunah lainnya, seperti puasa Senin Kamis, puasa Daud, dan lainnya.
Tetap di Barisan Salat Jamaah Setelah Ramadan
Saat Ramadan, masjid-masjid penuh dengan jamaah. Suasana ibadah terasa hangat dan semangat. Tapi setelah Ramadan berlalu, kita perlu bertanya pada diri sendiri: apakah kita masih rajin ke masjid untuk salat berjamaah? Jangan sampai semangat ibadah kita hanya muncul saat Ramadan saja.
Salat berjamaah itu penting. Selain menambah pahala, salat berjamaah juga membuat kita lebih kuat dalam menjaga iman. Nabi Muhammad bahkan menyebutkan bahaya ketika kita terpisah dari jamaah.
عَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ، فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ
"Hendaklah kamu tetap bersama jamaah, karena serigala hanya memangsa domba yang terpisah dari kelompoknya." (HR. Abu Dawud)
Artinya, kalau kita jauh dari jamaah, kita lebih mudah tergoda oleh setan. Seperti domba yang menyendiri lebih mudah diserang serigala. Maka kalau kita ingin terus dijaga Allah, tetaplah rajin salat berjamaah, meski Ramadan sudah selesai.
Salat Malam Warisan Ramadan yang Harus Dijaga
Ramadan membuat kita akrab dengan salat malam (tarawih). Setelah Ramadan, mari tetap menjaga tahajud, meski sekadar dua rakaat, karena salat malam adalah amal istimewa.
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
"Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah puasa di bulan Allah (Muharram), dan salat yang paling utama setelah salat wajib adalah salat malam." (HR. Muslim)
Adapun di antara keutamaan salat malam adalah merupakan tanda orang saleh terdahulu, sebagai sarana mendekat pada Allah, penghapus dosa, dan menjaga kita dari perbuatan maksiat.
وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَىٰ أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا
"Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud sebagai ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra: 79)
Tetap Istikamah Membaca Al-Qur’an
Ramadan identik dengan tilawah. Bahkan, Jibril turun untuk tadarus bersama Nabi Muhammad setiap Ramadan. Tapi kini, masihkah Al-Qur'an dibaca selepas Ramadan berlalu? Padahal tak ada bacaan yang kebaikannya melebihi Al-Qur'an.
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ
"Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus." (QS. Al-Isra: 9)
Tetap Gemar Bersedekah di Luar Ramadan
Ramadan membuat kita ringan berbagi: takjil, infak, hingga santunan kepada fakir dan miskin. Bahkan Rasulullah dikenal paling dermawan saat Ramadan.
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ
"Rasulullah adalah orang yang paling dermawan, dan beliau lebih dermawan lagi ketika di bulan Ramadan." (HR. Bukhari)
Kini Ramadan pergi. Namun keberhasilan Ramadan ditandai dengan konsistensi kebaikan, termasuk dalam bersedekah. Apakah kita mampu mempertahankan kebiasaan baik ini?
Terkadang kita tak perlu meniru amal orang lain yang berat, cukup menjaga amal kecil yang terus dilakukan, itu lebih dicintai Allah.
أَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
"Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling rutin, walaupun sedikit." (HR. Bukhari dan Muslim)
Akhirnya, Ramadan adalah madrasah. Maka kita baru benar-benar lulus jika nilai-nilainya tetap hidup dalam diri, meski bulan suci telah berlalu. Mari kita jaga semangat ibadah itu, karena keberhasilan Ramadan tidak selesai dengan Idulfitri, tapi berlanjut hingga Ramadan berikutnya datang kembali.
Kajian Malam Sabtu (Kamastu) Korps Mubalig Muhammadiyah Weru, 11 April 2025 dengan pemateri Ustaz Maryono, S.Pd. (Ketua PCM Cawas, Klaten)
Alhamdulillaah... ustadz H. Maryono, S.Pd Ketua PCM Cawas
BalasHapus