MEDIA AN NUUR─Lepas bulan Ramadan, sebagian besar kita merasa kesulitan untuk istikamah membaca Al-Qur’an. Ini menunjukkan betapa mudah hati tergerak beramal di bulan Ramadan. Namun, perlu diingat bahwa keutamaan membaca Al-Qur’an pun ada di bulan lainnya.
Ibadah di Bulan Ramadan Terasa Ringan
Banyak motivasi dari hadis yang membuat umat Islam senang membaca Al-Qur’an di bulan suci. Di antaranya, disebutkan bahwa ia akan menjadi syafaat kelak di hari akhir.
الصِّيَامُ وَالْقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، يَقُولُ الصِّيَامُ: أَيْ رَبِّ، مَنَعْتُهُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتِ بِالنَّهَارِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، وَيَقُولُ الْقُرْآنُ: مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِاللَّيْلِ، فَشَفِّعْنِي فِيهِ، فَيُشَفَّعَانِ.
“Puasa dan Al-Qur’an akan memberi syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb-ku, aku telah mencegahnya dari makan dan syahwat di siang hari, maka izinkan aku memberi syafa’at untuknya. Dan Al-Qur’an berkata: Aku telah mencegahnya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberi syafa’at untuknya. Maka keduanya pun diberi izin untuk memberi syafa’at.” (HR. Ahmad, Thabrani)
Begitu pula yang terjadi dengan ibadah lainnya di bulan Ramadan, terasa lebih ringan dilakukan. Sebut saja sedekah untuk iftar, sedekah untuk fakir miskin, salat malam begitu ringan, dan sebagainya. Lalu, apakah kita yakin amalan itu bisa diterima Allah?
Kekhawatiran Amal Tidak Diterima Allah
Maka kita jumpai ucapan “Taqabbalallāhu minnā wa minkum” (تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ) sebagai doa yang sering diucapkan oleh kaum Muslimin ketika menyambut Idul Fitri. Artinya adalah “Semoga Allah menerima (amal) dari kami dan dari kalian.” Doa ini mencerminkan harapan agar seluruh amal ibadah selama bulan Ramadan, bisa diterima oleh Allah.
![]() |
Ustaz Arif Fahrudin mengingatkan agar khawatir amal Ramadan tidak diterima Allah |
Kekhawatiran akan amal tidak diterima Allah adalah sikap para Nabi dan orang-orang saleh terdahulu. Salah satu contohnya adalah Nabi Ibrahim AS, sebagaimana tergambar dalam doa beliau saat membangun Ka'bah bersama putranya, Nabi Ismail AS.
وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ ٱلْقَوَاعِدَ مِنَ ٱلْبَيْتِ وَإِسْمَـٰعِيلُ ۖ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْعَلِيمُ
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa), ‘Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’” (QS. Al-Baqarah: 127)
Empat Tanda Amal Diterima oleh Allah
Meskipun hanya Allah yang mengetahui secara pasti apakah amal seseorang diterima atau tidak, para ulama menyebutkan beberapa tanda yang bisa menjadi indikasi bahwa amal seseorang diterima. Di antara tanda-tanda tersebut adalah:
1. Merasa Takut Amal Tidak Diterima
Seorang hamba yang saleh akan merasa cemas jika amalnya tidak diterima oleh Allah. Ia sadar bahwa dirinya adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan lupa. Bisa jadi dalam amal yang ia kerjakan, ada unsur kelalaian, riya’, atau kurangnya keikhlasan, yang menjadikan amal itu tidak sempurna. Rasa takut ini bukan karena buruk sangka kepada Allah, melainkan karena ia sadar akan kekurangan dirinya.
2. Tetap Memohon Agar Amal Diterima Meski Sudah Husnuzhan
Orang yang bertakwa senantiasa berbaik sangka kepada Allah, namun tidak pernah merasa cukup dengan amal yang sudah dilakukan. Ia selalu memohon agar Allah menerima amalnya, karena semakin bertambah ilmunya, semakin ia menyadari bahwa amalnya belum seberapa. Ia tahu bahwa amal yang sedikit namun diterima, lebih baik daripada amal banyak yang tertolak.
3. Ditambahnya Kebaikan-Kebaikan Setelahnya
Salah satu tanda diterimanya suatu amal adalah kebaikan setelah kebaikan. Jika setelah Ramadhan, seseorang tetap istiqamah beribadah, menjaga shalat, membaca Al-Qur’an, dan berbuat baik kepada sesama, itu adalah pertanda baik bahwa amal Ramadannya tidak sia-sia.
4. Dijauhkan dari Kemaksiatan
Amal yang diterima akan menjadi penjaga dari perbuatan maksiat. Jika setelah beramal seseorang merasa lebih berat untuk bermaksiat, lebih peka terhadap dosa, dan lebih mudah untuk bertaubat ketika tergelincir, maka itu adalah pertanda Allah sedang menjaga hatinya—dan semoga juga menerima amalnya.
Ziarah Rindu Ramadan
Ketika kita ditinggal meninggal anggota keluarga dan merasakan rindu, kita sering kali melakukan ziarah untuk mengenang mereka. Begitu pula, ketika kita merindukan Ramadan, hendaknya kita 'ziarah' dengan cara melaksanakan amalan-amalan yang biasa dilakukan selama bulan suci tersebut. Misalnya, memperbanyak ibadah seperti shalat malam, membaca Al-Qur'an, berdoa, dan bersedekah.
Dengan melakukan hal-hal ini, kita seakan menghidupkan kembali suasana Ramadan dan memperbaharui semangat kita dalam beribadah, meskipun bulan tersebut sudah berlalu. Ini mengingatkan kita bahwa amalan baik tidak terbatas hanya pada bulan tertentu, melainkan bisa terus dilakukan sepanjang tahun.
Semoga Allah menerima amal ibadah kita selama Ramadan dan memberikan kita kesempatan untuk bertemu kembali dengan bulan suci tersebut di tahun mendatang. Semoga kita selalu diberi kekuatan untuk terus memperbaiki diri dan memperbanyak amalan, baik di bulan Ramadan maupun di bulan-bulan lainnya.
Kajian Ahad Pagi, 13 April 2025, di Masjid Al Hidayah Sangen, Krajan, Weru bersama Ustaz Arif Fahrudin, S.Pd.I (pengasuh Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Sangen)