MEDIA AN NUUR─Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang Allah turunkan sebagai cahaya bagi manusia. Namun, bagaimana seseorang menerima Al-Qur’an akan sangat menentukan pengaruhnya dalam kehidupan.
Ada yang membukanya dengan sepenuh jiwa, hingga Al-Qur’an benar-benar menjadi pedoman hidupnya. Ada pula yang hanya sekadar membaca tanpa meresapi, sehingga tidak mendapatkan cahaya dari-Nya.
ذَٰلِكَ ٱلۡكِتَٰبُ أُنزِلَ إِلَيۡكَ فَلَا يَكُن فِي صَدۡرِكَ حَرَجٞ مِّنۡهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ
"Ini adalah Kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad), maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu karenanya, agar engkau memberi peringatan dengannya, dan menjadi pelajaran bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-A'raf: 2)
![]() |
Muhammad Fakhri Nasrullah ajak hindari kesempitan dada menerima Qur'an |
Ayat ini mengajarkan bahwa menerima Al-Qur’an harus dengan kelapangan dada. Ada sebagian orang yang merasa berat dan sempit dadanya ketika mendengar ayat-ayat Allah, bukan karena mereka tidak memahaminya, tetapi karena hati mereka tertutup oleh hawa nafsu dan bisikan setan.
Padahal, Al-Qur’an tidaklah diturunkan untuk menyulitkan manusia, melainkan sebagai rahmat dan petunjuk. Kesempitan dada terhadap Al-Qur’an sering kali disebabkan oleh kurangnya keyakinan, dominasi hawa nafsu, atau pengaruh lingkungan yang menjauhkan seseorang dari cahaya wahyu.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitabnya Madarijus Salikin menjelaskan bahwa ada beberapa penyebab seseorang mengalami kesempitan dada, salah satunya adalah menjauh dari Al-Qur’an. Ia menyebutkan bahwa hati yang berpaling dari wahyu akan merasakan kekosongan dan kegelapan.
Menurut Ibnu Qayyim, orang yang sempit dadanya terhadap Al-Qur’an bisa jadi: (1) Terlalu terikat dengan dunia, sehingga merasa berat menerima petunjuk yang mengarahkannya kepada akhirat. (2) Dikuasai oleh hawa nafsu, sehingga kebenaran dari Al-Qur’an terasa menyakitkan bagi jiwanya. (3) Terpengaruh oleh syubhat dan keraguan, yang membuatnya tidak bisa menerima kebenaran dengan tenang.
Beliau juga menjelaskan bahwa kelapangan dada hanya bisa diperoleh dengan mendekat kepada Allah, membaca dan mengamalkan Al-Qur’an, serta menjauhi dosa yang menutup hati dari hidayah.
Maka, bagaimana seharusnya kita menerima Al-Qur’an? (1) Membuka hati dengan keikhlasan, menerima setiap ayat sebagai petunjuk terbaik dari Allah. (2) Membaca dengan penuh tadabbur, bukan sekadar melafalkan, tetapi juga memahami maknanya. (3) Mengamalkan dengan kesungguhan, menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan.
Jika seseorang menerima Al-Qur’an sepenuh jiwa, maka hidupnya akan dipenuhi dengan ketenangan dan cahaya. Sebaliknya, jika seseorang menyempitkan dada terhadapnya, maka ia akan kehilangan kebahagiaan sejati yang hanya bisa diperoleh melalui petunjuk Allah.
Kultum Subuh di Masjid An Nuur Sidowayah pada 16 Maret 2025, disampaikan oleh santri Ponpes Qoryatul Qur’an, yang bertugas Safari Dakwah Ramadan 1446 H, bernama Muhammad Fakhri Nasrullah (Fakhri) asal Laweyan, Surakarta