NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Memaknai Musibah

MEDIA AN NUUR─Musibah bisa terjadi kapan pun, di mana pun, dan menimpa siapa pun. Tidak memandang usia, jenis kelamin, dan sebagainya. Musibah atau bencana atau malapetaka, adalah kejadian yang menyusahkan dan menyulitkan siapa saja yang ditimpanya.

Musibah terjadi karena adanya sebab. Di antaranya, karena memang kehendak Allah ﷻ sebagai ujian keimanan bagi manusia. Bagi kaum muslimin, adanya musibah akan menguatkan iman karena dengan itulah Allah akan menurunkan petunjuk.

مَاۤ اَصَا بَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ اِلَّا بِاِ ذْنِ اللّٰهِ ۗ وَمَنْ يُّؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ يَهْدِ قَلْبَهٗ ۗ وَا للّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ

Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun 64: Ayat 11)

Ustaz Sukasno
Ustaz H. Sukasno menyampaikan tentang musibah

Selain itu, Allah ﷻ juga menyebut bahwa segala musibah yang menimpa manusia adalah akibat dari perbuatan mereka sendiri, tetapi Allah ﷻ tetap Maha Pengampun dan tidak membalas semua dosa mereka dengan hukuman yang setimpal. 

وَمَاۤ اَصَا بَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍ 

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy-Syura 42: Ayat 30)

Ayat ini mengajarkan bahwa manusia harus selalu introspeksi dan bertaubat atas kesalahan yang telah diperbuat, karena musibah bisa menjadi peringatan dari Allah ﷻ untuk kembali kepada-Nya.

Namun, kasih sayang Allah ﷻ begitu luas sehingga Dia tidak menghukum seluruh kesalahan manusia, melainkan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri dan memohon ampun.

Musibah sebagai Ujian

Musibah yang dialami seseorang bisa bermakna sebagai ujian keimanan, seperti yang terjadi pada Nabi Ayub AS. Beliau adalah seorang nabi yang diberi cobaan berat berupa kehilangan harta, anak-anak, serta menderita penyakit parah dalam waktu yang lama. Namun, Nabi Ayub AS tetap sabar dan tidak pernah berburuk sangka kepada Allah.

Kisahnya menunjukkan bahwa musibah bisa menjadi sarana untuk mengangkat derajat seseorang di sisi Allah ﷻ dan menguji kesabaran serta keteguhan imannya. Dalam Al-Qur'an, Allah ﷻ menegaskan bahwa ujian diberikan sesuai dengan kemampuan hamba-Nya dan bagi orang yang bersabar, akan ada ganjaran besar di akhirat.

عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَلِكَ ِلأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْراً لَهُ

Sungguh menakjubkan urusan seorang mukmin, semua urusannya adalah baik baginya. Hal ini tidak didapatkan kecuali pada diri seorang mukmin. Apabila mendapatkan kesenangan, dia bersyukur, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya. Sebaliknya apabila tertimpa kesusahan, dia pun bersabar, maka yang demikian itu merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim)

Kajian bakda subuh
Jamaah Subuh mendengarkan tausiah

Hadis ini mengajarkan bahwa setiap keadaan bagi seorang mukmin adalah kebaikan. Jika mendapat nikmat, ia bersyukur, dan jika ditimpa musibah, ia bersabar—keduanya mendatangkan pahala. Sikap ini menunjukkan keimanan yang kokoh dan menjadikan hidupnya selalu dalam kebaikan.

Menurut Surat Al-Baqarah ayat 156-157, orang yang menghadapi musibah dengan mengucapkan Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un akan mendapatkan rahmat dan petunjuk dari Allah ﷻ. Ungkapan ini mencerminkan kepasrahan dan kesadaran bahwa segala sesuatu berasal dari Allah ﷻ dan akan kembali kepada-Nya. Dengan bersabar, seorang hamba dapat menenangkan hati serta memperoleh pahala atas ujian yang dihadapinya.

Musibah sebagai Teguran

Musibah juga bisa menjadi teguran dari Allah ﷻ, sebagaimana yang dialami Nabi Yunus AS. Ketika beliau meninggalkan kaumnya dalam keadaan marah sebelum mendapat izin Allah ﷻ, beliau diuji dengan ditelan oleh ikan besar di lautan. Dalam kegelapan perut ikan, Nabi Yunus AS menyadari kesalahannya dan segera bertobat.

Doa Nabi Yunus yang disebutkan dalam Al-Qur’an ketika menyadari kesalahan beliau:

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Tidak ada Tuhan selain Engkau, Maha Suci Engkau. Sungguh, aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Musibah sebagai Azab

Musibah sebagai azab terjadi ketika suatu kaum terus-menerus berbuat maksiat dan menolak peringatan Allah ﷻ. Dalam Al-Qur’an, banyak disebutkan kaum yang dibinasakan karena kezaliman mereka sendiri. Berbeda dengan ujian atau teguran yang bertujuan menyadarkan, azab datang sebagai hukuman yang mengakhiri kesempatannya untuk bertobat.

Namun, manusia tidak boleh tergesa-gesa menilai setiap bencana sebagai azab, karena hanya Allah ﷻ yang mengetahui hikmah di balik setiap kejadian. Yang terpenting adalah menjadikan setiap musibah sebagai bahan introspeksi dan meningkatkan ketakwaan.

Sakit adalah Musibah yang Bisa Menambah Pahala

Sakit sebagai musibah bisa menjadi jalan untuk menambah pahala bagi seorang mukmin jika dihadapi dengan sabar dan ikhlas. Rasulullah ﷺ bersabda bahwa setiap musibah, termasuk rasa sakit, dapat menghapus dosa dan meninggikan derajat seseorang di sisi Allah ﷻ.

Selain itu, sakit juga bisa menjadi pengingat bagi manusia untuk lebih mendekat kepada Allah ﷻ dan mensyukuri nikmat sehat. Dengan sikap sabar dan tetap beribadah, sakit yang dialami bukan hanya ujian, tetapi juga menjadi ladang pahala dan kasih sayang dari Allah ﷻ.

Dalam menghadapi sakit, seorang mukmin sebaiknya bersikap sabar, berikhtiar untuk sembuh, husnuzan kepada Allah, dan berwasiat kepada anak-cucunya agar tetap menyembah Allah. Sabar dalam sakit menunjukkan keteguhan iman dan dapat menghapus dosa.

Sarapan bersama
Sarapan bersama setelah kajian Subuh

Berikhtiar mencari kesembuhan adalah bagian dari sunnatullah, karena Allah juga memerintahkan manusia untuk berusaha. Husnuzan kepada Allah penting agar hati tetap tenang, yakin bahwa setiap sakit mengandung hikmah dan kebaikan.

Selain itu, sebagaimana dicontohkan oleh para nabi, seseorang hendaknya berwasiat kepada anak-cucunya agar tetap berpegang teguh pada tauhid, menjadikan sakit sebagai momentum mendekatkan diri kepada Allah.

Materi Kajian Gerakan Subuh Berjamaah di Masjid An Nuur Sidowayah pada Jumat, 14 Februari 2025 bersama Ustaz H. Sukasno, S.H (Wakil Ketua PCM Weru)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822