MEDIA AN NUUR─Syamatah (الشّماتة) adalah istilah dalam bahasa Arab yang merujuk pada sikap merasa senang atau gembira atas musibah yang menimpa orang lain. Sikap ini sangat bertentangan dengan ajaran Islam, yang mengajarkan untuk memiliki kasih sayang, empati, dan tolong-menolong antar sesama.
Rasulullah ﷺ bersabda:
لاَ تُظْهِرِ الشَّمَاتَةَ لأَخِيكَ فَيَرْحَمُهُ اللَّهُ وَيَبْتَلِيكَ
“Janganlah engkau menampakkan kegembiraan karena musibah yang menimpa saudaramu. Karena jika demikian, Allah akan merahmatinya dan malah memberimu musibah.” (HR Tirmidzi)
Para Pelaku Syamatah
Namun, meskipun syamatah adalah sikap yang tercela, terdapat kelompok-kelompok tertentu yang sering kali menunjukkan perilaku ini. Mari kita bahas lebih lanjut tentang siapa saja yang cenderung melakukan syamatah dan mengapa sikap ini sangat berbahaya.
1. Orang Kafir
Orang kafir, terutama yang membenci umat Islam, sering kali merasa senang atau puas ketika melihat kesulitan atau musibah yang menimpa umat Islam. Bagi mereka, musibah tersebut bisa menjadi sebuah kemenangan atau pembalasan terhadap umat yang mereka anggap lawan.
Syamatah yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina mencerminkan kebencian dan ketidakpedulian terhadap penderitaan rakyat Palestina. Sikap ini terlihat dalam berbagai aksi kekerasan, blokade, dan penindasan yang dilakukan tanpa empati terhadap dampaknya.
![]() |
Ustaz Taufiqurrahman menjelaskan tentang syamatah |
Dalam Islam, syamatah sangat dilarang karena bertentangan dengan ajaran untuk saling tolong-menolong dan mendoakan kebaikan sesama, terutama bagi mereka yang tertindas. Sebagai respons, umat Islam dan masyarakat internasional terus mendukung perjuangan Palestina dengan solidaritas, doa, dan upaya damai untuk mengakhiri penderitaan mereka.
2. Orang Munafik
Orang munafik adalah orang yang berpura-pura beriman di hadapan umat Islam, tetapi di dalam hatinya menyimpan kebencian dan permusuhan. Mereka mungkin menunjukkan diri sebagai bagian dari komunitas Muslim, namun hati mereka jauh dari keimanan. Mereka cenderung merasa senang atau puas ketika umat Islam mengalami kesulitan.
Syamatah dari orang munafik ini bisa muncul sebagai bentuk kebencian atau ketidakpuasan mereka terhadap keberadaan umat Islam atau terhadap kebaikan yang diterima umat Islam. Rasulullah ﷺ memperingatkan kita agar berhati-hati terhadap orang-orang seperti ini, karena mereka bisa membawa dampak buruk bagi persatuan umat.
3. Kaum Muslimin yang Memiliki Sifat Tersebut
Meskipun seharusnya umat Islam hidup dengan kasih sayang dan empati terhadap sesama, ada sebagian Muslim yang terjerumus dalam sikap syamatah. Biasanya, perasaan ini timbul akibat iri hati, kebencian pribadi, atau ketidakpuasan terhadap orang lain. Mereka merasa senang melihat kegagalan atau kesulitan yang dialami oleh saudara seiman.
Padahal, Islam mengajarkan untuk saling tolong-menolong dan mendoakan kebaikan bagi sesama. Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa sesama Muslim adalah saudara, ia tidak menzalimi, tidak membiarkan, dan tidak menyengsarakan saudaranya. Sikap syamatah ini jelas bertentangan dengan prinsip ukhuwah Islamiyah dan harus dihindari oleh setiap Muslim.
Menghindari Syamatah dan Menumbuhkan Empati
Syamatah adalah sikap yang merusak ukhuwah Islamiyah dan menghalangi terwujudnya solidaritas dalam umat Islam. Islam mengajarkan umatnya untuk saling membantu, mendoakan, dan memberi dukungan kepada sesama, terutama ketika mereka sedang menghadapi ujian atau kesulitan.
Sebagai seorang Muslim, kita seharusnya merasa sedih ketika melihat saudara kita dalam kesulitan dan berusaha meringankan beban mereka, bukan merasa gembira atau puas atas musibah yang menimpa mereka.
Semoga kita dapat menghindari sifat syamatah dan menjadikan setiap amal kita sebagai ladang pahala di sisi Allah ﷻ. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi pribadi yang lebih baik, yang selalu mengedepankan kebaikan, persaudaraan, dan kasih sayang dalam setiap tindakan kita.
Ulasan singkat dari ringkasan Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) pada 26 Januari 2025 yang disampaikan oleh Ust. Taufiqurrahman, S.Kom, M.Pd (Wakil Ketua PDM Sragen)