NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Manusia Tak Pernah Puas dengan Harta

MEDIA AN NUUR─Manusia secara fitrah memiliki sifat mencintai dunia dan keinginan untuk terus menambah apa yang dimilikinya. Namun, keinginan ini sering kali menjadi jebakan yang membuat kita lupa akan hakikat kehidupan yang sesungguhnya, yaitu mempersiapkan diri untuk akhirat.

لَوْ أَنَّ لاِبْنِ آدَمَ مِثْلَ وَادٍ مَالاً لأَحَبَّ أَنَّ لَهُ إِلَيْهِ مِثْلَهُ ، وَلاَ يَمْلأُ عَيْنَ ابْنِ آدَمَ إِلاَّ التُّرَابُ ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ

Seandainya manusia memiliki lembah berisi harta, tentu ia masih menginginkan harta yang banyak semisal itu pula. Mata manusia barulah penuh jika diisi dengan tanah. Allah tentu akan menerima taubat bagi siapa saja yang ingin bertaubat.” (HR. Bukhari)

Hadis ini menunjukkan sifat dasar manusia yang cenderung tidak pernah puas dengan harta dan keinginan duniawi. Sekalipun seseorang memiliki banyak harta, ia masih akan menginginkan lebih. Namun, kebutuhan duniawi ini tidak akan pernah terpenuhi sepenuhnya hingga kematian datang (mata manusia penuh dengan tanah).

Ustaz Danuri
Ustaz Danuri sampaikan tentang sifat manusia yang tak pernah merasa puas

Meski begitu, hadis ini juga mengingatkan bahwa Allah Maha Pengampun dan selalu membuka pintu taubat bagi siapa saja yang ingin kembali kepada-Nya. Pesan utamanya adalah agar manusia lebih fokus pada akhirat dan tidak terjebak dalam kecintaan dunia.

Manusia secara fitrah memang tak pernah merasa puas dengan harta dan keinginan duniawi. Namun, Islam menegaskan bahwa dalam usaha memenuhi kebutuhan, kita wajib memastikan rezeki yang diperoleh berasal dari sumber yang halal.

إِنَّ اللهَ تَعَالَى طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبَاً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ المُؤْمِنِيْنَ بِمَا أَمَرَ بِهِ المُرْسَلِيْنَ فَقَالَ: (يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً

Sesungguhnya Allah itu Maha Baik dan tidak menerima kecuali yang baik. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman apa yang Dia perintahkan kepada para rasul-Nya. Maka Allah berfirman: Wahai para rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh.” (HR Muslim)

Allah hanya menerima amal yang bersumber dari sesuatu yang baik dan halal. Allah memerintahkan umat manusia, seperti halnya para rasul, untuk mengonsumsi makanan yang halal dan thayyib (baik), karena itu menjadi landasan bagi amal saleh yang diterima.

Kebaikan dalam amal dimulai dari sumber rezeki yang bersih dan halal, karena makanan yang haram dapat merusak hati dan menjauhkan dari keberkahan. Semoga kita bisa menghindari makanan yang haram agar diberi keberkahan hidup.

Kajian Malam Selasa pada 27 Januari 2025 di Masjid An Nuur Sidowayah bersama Ketua Ranting Muhammadiyah Ngreco, Ustaz H. Danuri, M.Ag.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822