MEDIA AN NUUR─Kemerdekaan adalah anugerah dari Allah. Untuk mensyukurinya kita harus mengisi dengan kegiatan yang tidak melanggar syariat dari yang telah memberikan kemerdekaan itu. Juga tidak bertentangan dengan nilai budaya nenek moyang. Nenek moyang kita hitungan tujuh turunan adalah orang muslim.
Kebiasaan masyarakat kita adalah mengisi bulan peringatan kemerdekaan dengan bermacam lomba yang bersifat kemeriahan. Tidak ada yang salah, karena salah satu bentuk syukur adalah berbahagia. Tapi tetap ingat, jangan sampai keluar dari nilai-nilai adab ketimuran dan agama kita.
Mengadakan perlombaan 17 Agustusan buatlah yang tidak bertentangan dengan akhlak yang dijunjung tinggi sejak nenek moyang kita. Jangan hanya yang penting meriah dan ramai sehingga lombanya jorok, tanpa peduli norma, dan sebagainya.
Ustaz Didik Efendi mengajak menjadi manusia terbaik |
Mengisi kemerdekaan adalah dengan mengusahakan agar generasi bangsa ini menjadi generasi terbaik. Dimulai dengan memperhatikan kebaikan yang kita lakukan dalam keseharian kita, sehingga membentuk lingkungan manusia yang baik.
Manusia Terbaik Menurut Islam
Coba kita ulik batasan dari Rasulullah ﷺ tentang generasi terbaik melalui hadis-hadis yang sering kita dengar. Yang dari situ kita bisa memposisikan kita agar bisa menjadi diri terbaik dan membentuk lingkungan yang baik.
Panjang Umur Baik Amalnya
خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
“Sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya.” (HR. Tirmidzi)
Thalhah bin Ubaidillah bermimpi yang dibenarkan Rasulullah tentang sahabat yang meninggal karena sakit dipanggil lebih dahulu masuk surga daripada yang mati syahid. Bahkan yang syahid lebih dulu meninggalnya.
“Mengapa temannya yang meninggal terakhir masuk surga lebih dahulu daripada temannya yang meninggal karena mati syahid?’’ tanya Thalhah mewakili para sahabat lain yang penasaran dengan mimpinya itu.
Rasulullah ﷺ bertanya balik, “Bukankah temannya itu masih hidup setahun setelah kematiannya?” Mereka menjawab: “Betul.” Dan memang, kedua sahabat dalam mimpi Thalhah jarak meninggalnya setahun.
Rasulullah ﷺ bertanya, “Bukankah ia masih mendapati Ramadan, lalu ia berpuasa, melakukan salat ini dan itu selama satu tahun itu?” Mereka menjawab, “Betul.”
Maka Rasulullah ﷺ berkata, “Maka jarak antara mereka lebih jauh daripada jarak antara langit dan bumi.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)
Dari kejadian itu tentu kita bisa kita simpulkan bahwa yang terbaik adalah manusia yang diberi umur panjang dan tentunya lebih panjang kesempatan beribadah dibanding yang berumur lebih pendek.
Paling Bermanfaat bagi Sesama
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.” (HR. At-Thabrani)
Banyak cara yang bisa kita lakukan agar menjadi orang yang bermanfaat bagi masyarakat. Kita bisa dengan menolong dalam bentuk tenaga, memberikan bantuan dalam bentuk materi, memberi pinjaman, memberikan nasihat saat diminta, meringankan beban penderitaan, membayarkan utang, memberi makan, hingga menyisihkan waktu untuk menunggu tetangga yang sakit.
Bagi yang menjadi pemimpin agar bisa bermanfaat bagi bawahannya, sebagaimana penguasa yang adil pun bermanfaat bagi rakyatnya. Bahkan, membuat orang lain menjadi gembira juga termasuk amalan bermanfaat yang dicintai oleh Allah ﷺ.
Belajar Al-Qur’an dan Mengajarkannya
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al Qur’an dan mengajarkannya.” ( HR. Bukhari)
Belajar dan mengajarkan Al-Qur’an adalah amalan yang berada di tingkat atas kalau dibanding dengan amal ibadah lain, bahkan disebut dalam hadis lebih baik dari salat 1000 rakaat. Itulah keutamaan majelis ilmu, apalagi ilmu Al-Qur’an.
Al-Qur’an adalah biangnya kemuliaan. Apapun yang tersentuh Al-Qur’an akan menjadi mulia. Bulan yang mulia adalah Ramadan sebagai waktu turunnya Al-Qur’an. Nabi yang paling mulia adalah Muhammad yang menerima Al-Qur’an. Jadi belajar dan mengajarkan Al-Qur’an mengumpulkan 2 kemuliaan: menuntut ilmu dan Al-Qur’an.
Pengajian Ahad Pagi, 4 Agustus 2024 di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) bersama Ustaz H. Didik Efendi, ST (Ketua MUI Kecamatan Weru)