MEDIA AN NUUR─Iman bukan perkara yang bisa diwariskan. Betapa banyak ustaz yang ternyata anaknya tidak menjadi ustaz. Sebaliknya, tidak sedikit preman yang anaknya menjadi ahli ilmu dan pendakwah. Meskipun tetap banyak juga anak ustaz jadi ustaz, anak preman jadi preman. Artinya, hidayah adalah anugerah dari Allah ﷻ.
Rasulullah ﷺ juga bukan penentu siapa yang bisa mendapat hidayah. Buktinya, paman beliau yang selalu mendukung dan melindungi dakwah beliau tetap berada dalam kekafiran, yakni Abi Thalib. Maka anugerah keimanan adalah nikmat utama yang harus disyukuri.
لَيْسَ عَلَيْكَ هُدٰٮهُمْ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِىْ مَنْ يَّشَاۤءُۗ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (QS. Al-Baqarah : 272)
Maka kita harus yakin bahwa keimanan merupakan hidayah dari Allah ﷻ semata, bukan warisan dari orang tua apalagi nenek moyang. Manusia berkewajiban untuk terus berusaha dan berdoa, agar menjadi pribadi beriman dan tetap teguh menjaga keimanannya.
Ustaz Saifudin ajak meningkatkan keimanan pada Allah |
Iman adalah keyakinan bulat yang dibenarkan oleh hati, diikrarkan oleh lidah, dan dimanifestasikan dengan amalan atau pembenaran dengan penuh keyakinan. Tanpa adanya sedikit pun keraguan mengenai ajaran yang datang dari Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ.
Iman mendasari setiap amal perbuatan kita hanya ditujukan semata untuk menggapai rida Allah ﷻ. Setiap amal kita hendaklah ikhlas lillahi taala. Ibadah kita adalah perintah Allah ﷻ karena sebagai manusia kita diciptakan untuk itu.
Orang beriman akan melaksanakan perintah Allah ﷻ tanpa banyak bicara. Iman yang melandasi kepatuhan Nabi Ibrahim AS ketika diperintah menyembelih anaknya tercinta, Nabi Ismail AS. Tanpa protes tanpa kompromi tanpa keraguan.
Selain melaksanakan yang wajib, iman akan mengajak kita melaksanakan apa saja yang disukai Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ meski itu bukan kewajiban. Kita akan selalu cari muka di hadapan Allah ﷻ, misalnya saat bersedekah.
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِـوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan wajah Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insan : 9)
Keimanan juga yang mengajak kita agar jauh-jauh dari apa saja yang dibenci oleh Allah ﷻ dan Rasulullah. Meski kita menyukai perbuatan buruk, karena Allah ﷻ tidak suka maka kita meninggalkannya dengan ikhlas.
Mari kita selalu mengukur keimanan kita. Berusaha meningkatkannya. Jangan terjebak dalam dosa dan maksiat. Pastikan keimanan menggerakkan kita agar ringan dalam beribadah pada Allah ﷻ. Pelihara iman dengan menuntut ilmu dan selalu berdoa pada Allah ﷻ agar ditetapkan dalam keimanan.
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
ALLAHUMMA A’INNI ‘ALA DZIKRIKA WA SYUKRIKA WA HUSNI ‘IBADATIK
Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir/mengingat-Mu, bersyukur pada-Mu, dan memperbagus ibadah pada-Mu. (HR. Abu Daud dan Ahmad)
Kajian Ahad pagi, 14 Juli 2024 di Masjid Al Hidayah Sangen bersama Mudir PPM Sangen Ustaz H. Muhammad Saifudin, Lc, M.Ag