MEDIA AN NUUR─Setelah Ramadan dan Syawal berlalu, seberapa besar usaha kita mengistikamahkan diri dalam beramal saleh? Meningkatkah atau sebaliknya semakin menurun? Ketakwaan membuat kita mengenali kebaikan dan keburukan, untuk selanjutnya mengamalkan yang baik dan menghindari berbuat buruk.
Sifat takwa akan membantu kita dalam menyikapi segala fitnah dunia. Fitnah dunia membuat rancu pikiran antara memilih berbuat baik, berbuat buruk. Membisikkan bahwa berbuat buruk tidak mengapa asal cuma sedikit. Rasa takwa di hatilah yang akan memberikan keyakinan memilih hal baik.
Hamba Bertakwa Selalu Merasa Diawasi Allah
Ketika mendengar azan, apakah bergetar hati untuk bersegera memenuhi panggilan itu? Atau kita sering menduakan cinta kepada perkara-perkara sepele duniawi yang berusaha menghalangi langkah mendatangi seruan itu? Ini harus direnungkan bersama.
Ustaz Basuki Rahmat ajak tingkatkan ketakwaan |
Hamba yang bertakwa memiliki sifat muraqabah yakni selalu merasa diawasi Allah ﷻ sehingga berhati-hati dalam berkata dan bertindak. Ketakwaan menghadirkan rasa cinta dan takut kepada Allah ﷻ sehingga rela berkorban apapun untuk-Nya.
اِنَّ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِا لْغَيْبِ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّاَجْرٌ كَبِيْرٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak terlihat oleh mereka, mereka memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS. Al-Mulk 67: Ayat 12)
Kisah Khalifah Umar bin Khattab dan Anak Gembala
Pelajaran tentang rasa takut dan merasa diawasi Allah, bisa kita dapatkan dari sebuah kisah populer ketika Khalifah Umar bin Khattab bertemu dengan dengan seorang anak penggembala yang jujur dan takut pada Allah ﷻ.
Amirul Mukminin menjumpainya anak penggembala yang sedang menggiring domba-dombanya. Umar segera menyapa, “Hai, anak kecil! Kamu menggembalakan dombamu dengan sangat baik. Aku ingin membeli sebagian dari domba-dombamu yang sehat ini dengan harga dua kali lipat!”
Anak gembala itu menjawab, “Maaf, Tuan, domba-domba ini bukan milik saya! Saya tidak bisa menjualnya!” Umar kembali membujuk, “Majikanmu tidak akan tahu jika beberapa dombanya aku beli karena domba yang begitu banyak! Atau jika ketahuan, laporkan saja bahwa dombanya dimakan serigala!”
Anak penggembala terdiam seperti berpikir akan tawaran itu. Umar merasa bahwa kali ini ia berhasil meruntuhkan kejujuran sang penggembala cilik. Namun ternyata, anak itu berkata, “Mungkin majikanku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada domba-dombanya. Akan tetapi, Allah Maha Tahu!”
Tertegun Umar mendengar jawaban anak penggembala domba tersebut. Amirul Mukminin segera menemui majikan anak itu dan membayar sejumlah uang untuk membebaskan penggembala jujur itu dari perbudakannya. Sang Amirul Mukminin pun melepasnya sebagai seorang hamba Allah yang merdeka.
Banyak pelajaran kita ambil dari kisah di atas. Seorang muslim hendaknya selalu berhati-hati dalam berbuat karena Allah ﷻ selalu mengawasi. Dalam keadaan ramai ataupun sendiri, di situ selalu ada Allah ﷻ.
Ringkasan pengajian Ahad Pagi di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) pada 4 Juni 2023 disampaikan oleh Ustaz Basuki Rahmat, S.Ag.