MEDIA AN NUUR─Masih mengulik keseruan mondok para santri Ponpes Qoryatul Qur’an yang mengikuti iktikaf di Masjid An Nuur di 10 hari terakhir Ramadan 1444 H. Kini giliran santri bernama lengkap Muhammad Hanan Mufti yang akan kita ajak berkenalan.
Biasa dipanggil dengan nama tengahnya, Hanan. Kelahiran Sukoharjo, 8 November 2004. Anak keempat dari pasangan Almarhum Tugimo dan Ibu Supari ini mondok dari jenjang SMP hingga kini SMA di Qoryatul Qur’an. Sebelumnya, ia bersekolah di MI Al Islam Mranggen, Polokarto.
Hanan mondok atas keinginan sendiri dan mendapat dukungan penuh dari orang tua. Menurutnya, pendidikan di PPTQ Qoryatul Qur’an berbeda dari yang lain karena hal-hal yang bersangkutan tentang adab dan akhlak sangat diperhatikan di sana.
Muhammad Hanan Mufti |
Ia tak merasa kesulitan saat mondok, bahkan mengaku hidupnya enjoy-enjoy saja. Wajar jika Hanan betah dan dengan penuh semangat meski jauh dari rumahnya di Peren RT 02 RW 12 Gentan, Bendosari, Sukoharjo. Apalagi di pondok inilah ia berlatih berorganisasi dan bersosialisasi.
“Senangnya di pondok, tiap hari ada teman, banyak sekali pelajaran tentang kehidupan sehari-hari, mulai dari kemandirian hingga kepemimpinan,” ungkapnya. “Untuk teman-teman yang mau mondok, semangat pokoknya! Jangan lupa niatkan mondok semata-mata mengharap rida Allah, ya?”
Hanan juga mengingatkan agar selalu menjaga adab dan akhlak selama di pondok, terutama kepada Ustaz. Lalu kepada para pemuda penerus bangsa, ia berpesan bahwa urusan umat ada di tangan kita. Jangan cerminkan perilaku-perilaku perusak bangsa.
“Jaga akhlak dan adab kita,” kembali ia menekankan. “Buat apa kita menuntut ilmu sebanyak mungkin, namun kita lalai dengan adab dan akhlak seorang penuntut ilmu. Maka perlu kita ketahui bahwa iblis jauh lebih berilmu dibanding kita semua.”
Santri yang menggemari olahraga dan membaca ini bercita-cita menjadi mubaligh sekaligus pengusaha. Hanan memiliki motto hidup, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Lalu, apakah Hanan memiliki kiat atau tips khusus dalam menghafal Al-Qur’an? “Yang pasti, kita harus kuat lungguh suwe (duduk berlama-lama),” katanya setengah berseloroh. “Ketika menghafal, baca dulu 1 halaman, ulang 3 kali. Setelah itu, pahami artinya.”
Kata Hanan, setelah paham arti dari ayat-ayat yang mau dihafal, barulah mulai menghafal satu ayat demi satu ayat. Jangan lupa selalu murajaah biar tidak mudah lupa atau hilang hafalan itu.
Demikian taaruf kita dengan Hanan. Semoga menginspirasi kita semua. Terutama generasi muda dan para penuntut ilmu agar memerhatikan bagaimana adab dan akhlak yang baik selalu menghiasi keseharian kita. Akhlak yang baik akan memberi citra positif bagi agama kita di mata orang lain.