MEDIA AN NUUR─Salah satu santri Ponpes Qoryatul Qur'an yang bertugas dalam program SADAR (Safari Dakwah Ramadan) 1444 H di Masjid An Nuur Sidowayah adalah Muhammad Amiruddin. Mau kenal lebih lanjut tentang santri berpostur kecil ini? Nah, Media An Nuur spesial memuat profil singkatnya di sini.
Biasa dipanggil dengan nama Amir, santri kelahiran Sukoharjo, 12 September 2004 ini sebelum belajar di PPTQ Qoryatul Qur'an terlebih dulu sudah menyelesaikan belajar di SDI Amanah Ummah, dan SMP Al Irsyad Surakarta.
Muhammad Amiruddin |
Sejak sekolah dasar dan menengah pertama sudah akrab dengan pendidikan Islam, maka dengan mudah ia mengikuti pelajaran di pondok. Meski mengaku pada awalnya sempat merasa tidak kerasan, namun pada akhirnya kerasan juga.
Amir mengungkapkan bahwa bersekolah di pondok pesantren sangat dibutuhkan oleh anak-anak zaman sekarang. “Saya baru menyadari hal ini saat sudah di akhir-akhir masa belajar di pondok,” katanya.
Anak saleh dari pasangan Bapak Sukirman dan Ibu Suratmi ini mengaku kalau mondok adalah keinginannya sendiri, dan kini sudah menghafal Al-Qur’an sejumlah 28 juz. Tak lama lagi semoga bisa menjadi seorang hafiz Qur’an, impian setiap orang tua muslim bagi anaknya.
Muhammad Amiruddin berasal dari Dukuh Pinggir RT 01 RW 07 Telukan, Grogol, Sukoharjo. Untuk prestasi akademik, ia pernah mengikuti OSAN (Olimpiade Sains Akbar Nasional) dan berhasil meraih medali perunggu.
OSAN sendiri merupakan ajang kompetisi berskala nasional yang diselenggarakan oleh sebuah yayasan prestasi dan pendidikan Indonesia bernama Yapresindo dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
Bertugas safari dakwah di Sidowayah, Amir mengaku deg-degan pada awalnya. “Tapi lama kelamaan sudah terbiasa, walaupun masih ada rasa grogi ketika kultum,” akunya. Beruntung masyarakatnya ramah, terlebih anak-anak yang sangat dekat dengan para santri.
Kepada anak-anak TPQ, Amir berpesan agar tetap semangat belajar Al-Qur’an. Ia mengutip salah satu hadis terkenal, bahwa sebaik-baik kita adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya. “Anak-anak jangan kebanyakan gojek (bercanda),” nasihatnya mengingatkan.
Santri safari dakwah berfoto dengan takmir masjid |
Untuk anak-anak yang mau mondok, Amir menyampaikan agar tetap semangat. Baik mondok karena keinginan sendiri ataupun arahan orang tua. “Ada pengalaman tersendiri di pondok, yang tak ada di sekolah-sekolah lain,” katanya.
Wah, luar biasa ya, semangat para santri ini. Perjuangan mereka untuk belajar di pondok pesantren memang bukanlah hal mudah, namun mereka mampu menjalaninya. Semoga Amir dan kawan-kawan bisa menjadi kebanggaan orang tua masing-masing, dan memakaikan mahkota surga untuk keduanya. Allahumma aamiin.