MEDIA AN NUUR─Ponpes Qoryatul Qur’an menugaskan 9 santri kelas 3 MA untuk program iktikaf Ramadan 1444 H di Masjid An Nuur Sidowayah. Dipimpin oleh 1 mahasantri ma'had aly sebagai koordinator kegiatan. Adapun salah satu santri yang turut iktikaf di Sidowayah adalah Hafidz Faqoth. Yuk, kita kenalan dengan santri asal Solo ini.
Hafidz, begitu ia biasa disapa. Merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Supardi dan Ibu Nina Sulastri. Selengkapnya, ia berasal dari Tegal Arum RT 04 RW 05 Mojosongo, Solo. Dan memutuskan mondok ke Weru atas keinginan sendiri.
Hafidz Faqoth |
Atas rekomendasi dari gurunya, Ponpes Qoryatul Qur’an menjadi pilihan hati Hafidz untuk menuntut ilmu setelah menyelesaikan belajar di Madrasah Ibtidaiyah Terpadu Tahfizhul Qur’an Al Ma'shum Solo dan SMP di PPTQ Abi-Ummi Boyolali.
Salah satu prestasi Hafidz ketika SMP pernah lolos lomba tahfiz hingga tingkat provinsi, terpilih menjadi tasmi' terbaik dan terlancar. Berbekal semangat dan kegigihan, santri kelahiran Wonogiri, 6 November 2023 ini berhasil menghafal 30 juz Al-Qur’an.
Di awal mondok, Hafidz merasakan kesulitan bergaul dengan teman baru, mencoba untuk sefrekuensi dengan mereka. Seiring berjalan waktu, ia merasakan keasyikan mengikuti semua kegiatan pondok. Kesan yang dirasakannya selama mondok adalah absurd, kadang bahagia, malas, bosan, semangat, dan senang, berpadu jadi satu.
“Nah, bagi anak-anak yang mau mondok, luruskan niat,” katanya berpesan. “Kalian perlu tahu apa saja konsekuensi-konsekuensi ketika mau mondok, dan kuatkan mental untuk berpisah.”
Santri yang mengidolakan Buya Hamka karena karyanya yang kritis dan penegak kebajikan ini bercita-cita menjadi diplomat lintas negara, guru, sekaligus penulis. Soal hobi, ia sangat senang membaca, bersenandung, dan berolahraga.
Hafidz memiliki motto hidup, “Andaikan seluruh umat manusia membencimu, tapi Tuhan yang kaulupakan akan tetap mencintaimu.”
Santri yang setelah lulus dari Qoryatul Qur’an berkeinginan melanjutkan study ke Turki atau UNS ini membagi tips menghafal Al-Qur’an versinya, “Usahakan pikiran segar sebelum menghafal, dan jangan pegang handphone.”
Sebagai penutup, Hafidz menyampaikan pesan untuk teman-teman pemuda, mengutip perkataan Imam Syafi'i. “Demi Allah, hakikat seorang pemuda adalah dengan ilmu dan takwa; jika kedua hal itu tiada padanya maka tak bisa disebut pemuda.” (Imam Syafi’i)