MEDIA AN NUUR─Salah satu santri Ponpes Qoryatul Qur’an yang turut bertugas iktikaf di Masjid An Nuur Sidowayah pada 10 hari terakhir Ramadan 1444 H adalah Bilal Abdullah Baraja. Pada kesempatan ini, Media An Nuur akan menampilkan profilnya. Semoga bisa mengambil ibrah dan termotivasi dari keberadaannya di Sidowayah, ya.
Santri yang satu ini biasa dipanggil dengan nama depannya: Bilal. Anak kelima dari pasangan Almarhum Muhammad Naufel Baraja dengan Bu Winarsih yang tinggal di Semanggi, Pasar Kliwon, Surakarta. Bilal lahir di Surakarta, 28 Oktober 2005.
Bilal Abdullah Baraja |
Bilal mondok di Qoryatul Qur’an atas keinginan sendiri dan mendapat dukungan ibunda tercinta. Menurutnya, QQ memiliki banyak keistimewaan sehingga ia melabuhkan diri belajar di pondok tersebut. “Selain itu, infak syahriah (bulanan) di Qoryatul Qur’an cukup murah,” ungkap Bilal.
Meski dengan polos Bilal mengaku kesulitan dalam beradaptasi yang memakan waktu cukup lama, namun nyatanya ia mampu menaklukkan segala tantangan itu. Kadang sedih kadang bahagia, kadang sulit kadang mudah, kadang malas kadang semangat. Serangan rindu pulang juga sering melandanya.
Beruntung ia merasakan keasyikan tersendiri ketika halaqah dan dirasah atau pelajaran. Meskipun tak memungkiri bahwa masa-masa mendekati perpulangan adalah waktu yang paling disukainya. Belajar butuh perjuangan.
Sebelum mondok di Qoryatul Qur’an, santri yang hobi membaca, memanah, dan berenang ini, telah menyelesaikan belajar tingkat SD dan SMP di Al Irsyad, Surakarta. Semangatnya menuntut ilmu sebagai langkah dalam berjihad di jalan Allah.
Motto hidup Bilal adalah “Hidup mulia atau mati syahid”. Menurutnya, tidaklah balasan kebaikan itu kecuali amal kebaikan itu sendiri. Ia senang mengikuti ulama dari berbagai mazhab sehingga tak saling menghujat perbedaan pendapat.
Saat ditanya kiat-kiat dalam menghafal Al-Qur’an, Bilal menjawab setidaknya dengan 3 langkah. Pertama, dengan membaca arabnya kemudian artinya per ayat. Langkah kedua, mulai menghafal dengan lebih fokus pada arabnya dengan cara buka-tutup mushaf. Terakhir, mengulang hafalan baru itu dengan Al-Qur’an tertutup.
Bilal juga berpesan untuk para pemuda, agar mengingat tujuan mencapai rida Allah yang membutuhkan sarana berupa akidah dan harus terus memperbaikinya. “Jagalah salat kalian, karena dengan kalian menjaga salat maka Allah akan menjaga amal kalian,” tegasnya.
Luar biasa, ya. Semoga kita bisa bersama-sama memperbaiki akidah dan menjaga salat. Kita berharap mendapatkan rida Allah dalam segala hal yang kita perbuat. Semoga sukses dunia dan akhirat, ya, Bilal!