MEDIA AN NUUR─Bersyukur kita berjumpa dengan bulan Ramadan yang penuh keutamaan. Marilah kita upayakan peningkatan keimanan dan ketakwaan dengan meluruskan niat dan memperbanyak amalan bulan Ramadan. Maksimalkan amalan wajib, iringi dengan amalan sunah sebisa mungkin.
Selain memaksimalkan amalan, kita pun harus berusaha menjauhi berbagai bentuk kemaksiatan. Mumpung Allah masih memberi kita kesehatan jasmani dan rohani, mari kita jauhkan karunia Allah ini dari segala bentuk doa dan maksiat.
7 Amalan di Bulan Ramadan
Banyak amalan di bulan Ramadan yang bisa kita kerjakan. Dari sekian banyaknya, setidaknya ada 7 amalan di bulan Ramadan yang patut kita prioritaskan. Ketujuh amalan ini pantas kita perjuangkan untuk dikerjakan secara maksimal. Apa saja itu? Yuk, simak.
1. Qiyamul Lail
Secara harfiah, qiyamul lail artinya dapat diartikan menghidupkan malam. Identik dengan salat malam yakni Tarawih. Namun sebenarnya tak hanya Salat Tarawih saja, melainkan amalan apapun yang berwujud ibadah kepada Allah di sebagian besar waktu malam termasuk di dalamnya.
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ.
“Barangsiapa menghidupkan malam pada bulan Ramadan dengan keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah, niscaya diampunilah dosa-dosanya yang telah lampau.” (Muttafaq Alaihi)
2. Tilawah Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an menjadi amalan utama di bulan Ramadan. Allah menjanjikan pahala besar untuk para pembacanya. Bahkan kelak, bacaan itu datang membawa syafaat, sebagaimana disebutkan dalam hadis ini.
اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
“Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya.” (HR. Muslim)
3. Sedekah Makanan
Puasa menyadarkan kita akan keberadaan orang yang hidup dalam kekurangan. Sehingga sedekah makanan di bulan Ramadan juga termasuk amalan yang utama. Dalam hal ini, Rasulullah menjadi teladan dengan kedermawanannya.
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ ، وَأَجْوَدُ مَا يَـكُوْنُ فِـيْ رَمَضَانَ حِيْنَ يَلْقَاهُ جِبْرِيْلُ ، وَكَانَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلَامُ يَلْقَاهُ فِـيْ كُـّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَـيُـدَارِسُهُ الْـقُـرْآنَ ، فَلَرَسُوْلُ اللّٰـهِ صَلَّى اللّٰـهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالْـخَيْـرِ مِنَ الِرّيْحِ الْـمُرْسَلَةِ
“Nabi ﷺ adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan lebih dermawan lagi pada bulan Ramadhan ketika Jibril bertemu dengannya. Jibril menemuinya setiap malam Ramadan untuk menyimak bacaan Al-Qur’annya. Sungguh, Rasulullah ﷺ lebih dermawan daripada angin yang berhembus.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Umrah
Umrah adalah rangkaian ibadah di Baitullah yang bisa dilakukan kapan saja sepanjang tahun. Dalam rangkaiannya, umrah menziarahi Ka'bah dan melaksanakan tawaf di sekelilingnya. Kemudian melaksanakan sa'i antara Shafa dan Marwah, serta mencukur rambut dengan cara tertentu, dan dapat dilaksanakan setiap waktu.
Umrah menjadi satu amalan utama yang besar ganjarannya di bulan Ramadan. Bahkan disebutkan, pahalanya bisa menyerupai pahala ibadah haji, sebagaimana disebut dalam hadis di bawah ini.
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Jika Ramadan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah Ramadan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Menjauhi Perkataan Buruk
Puasa bukan hanya sekadar menahan lapar dan dahaga saja, melainkan juga menghindari perbuatan yang bisa menggugurkan pahalanya. Perkataan buruk yang bisa merusak puasa itu adalah gibah, namimah, dan dusta. Maka menjauhinya adalah termasuk amalan utama.
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari)
6. Memperbanyak Doa
Memperbanyak doa adalah salah satu cara kita memanfaatkan kemuliaan bulan Ramadan. Terutama berdoa di waktu sepertiga malam terakhir, ketika Allah turun ke langit dunia mencari hamba yang berdoa dan memohon ampunan.
يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ ، مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ ، وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ
“Rabb kita tabaroka wa ta’ala turun setiap malam ke langit dunia hingga tersisa sepertiga malam terakhir, lalu Dia berkata: ‘Siapa yang berdoa pada-Ku, aku akan memperkenankan doanya. Siapa yang meminta pada-Ku, pasti akan Kuberi. Dan siapa yang meminta ampun pada-Ku, pasti akan Kuampuni’.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7. Iktikaf
Iktikaf adalah berdiam diri di dalam masjid dalam rangka untuk mencari keridaan Allah dan bermuhasabah atas perbuatan-perbuatannya. Dilaksanakan di 10 hari terakhir bulan Ramadan dan merupakan amalan yang besar keutamaannya untuk meraih lailatul qadar.
« تَحَرَّوْا لَيْلَةَ القَدْرِ في الوَتْرِ مِنَ العَشْرِ الأوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ».
“Carilah lailatul qadar pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.” (HR. Bukhari)
Jika seseorang melakukan ibadah di malam lailatul qadar maka nilainya lebih baik dari melaksanakan ibadah selama seribu bulan. Iktikaf menjadi usaha untuk meraih keutamaan itu.
Ringkasan khotbah Jumat, 31 Maret 2023 di Masjid An Nuur Sidowayah, yang disampaikan oleh Muhammad Amirudin (Grogol, Sukoharjo), santri Ponpes Qoryatul Qur'an yang bertugas safari dakwah.