MEDIA AN NUUR─Seringkali kita mendengar orang berkata, “Tidak usah membawa-bawa agama.” Atau ada yang berpendapat saat sakit tak ada gunanya berdoa, langsung ke dokter saja. Atau petani saat menanam padi hanya memikirkan bibit dan pupuk, tak perlu menyertai doa.
Fenomena seperti contoh di atas, adalah pola pikir sekuler. Sekularisme adalah segala sesuatu diukur dengan akal saja. Tujuannya memisahkan agama dengan urusan dunia. Agar orang beriman tidak merujuk kepada sumber agama dalam menjalankan kehidupan dunianya. Agama hanya urusan ibadah saja.
Ustaz Saifudin ajak waspadai pemikiran sekular liberal |
Sejarahnya, sekularisme bermula akibat ketidakpuasan masyarakat Eropa terhadap sikap kaum gereja sekitar abad pertengahan karena kaum gereja ingin berkuasa secara mutlak dalam segala permasalahan. Ajaran injil diidentikan dengan paus, sementara orang lain tidak berhak menafsirkan. Paus dianggap mewakili Tuhan di bumi ini sehingga segala perintah dan keputusannya harus ditaati dan tidak boleh dikritik.
Jadi, sekularisme merupakan suatu aliran yang menganggap ajaran agama harus dipisahkan dari urusan Negara. Sehingga agama tidak berhak mencampuri urusan duniawi. Tidak boleh digunakan untuk mencampuri urusan politik, ekonomi, pendidikan, hukum dan tata Negara. Sekularisme berasal dari kata Yunani “saecular” yang berarti “keduniawian”, kemudian ditulis dengan kata “secular” dalam bahasa inggris.
Perkembangannya, sekuler pun bisa masuk dalam masyarakat Islam. Pola pikir sekuler menentang adanya ajaran Islam yang tidak masuk akal, karena bagi mereka segala sesuatu diukur dengan akal. Misalnya, sekularisme tidak percaya adanya siksa kubur karena itu tidak bisa dibuktikan kenyataannya.
Bapak-bapak menyimak kajian |
Jauhnya agama dengan urusan dunia, berujung pada sifat liberal. Liberalisme merupakan paham/ideologi mainstream yang memprioritaskan kebebasan individu sebebas-bebasnya dalam segala aspek. Pola pikir itu merusak Islam dari dalam. Sehingga Islam tak lagi dijadikan rujukan berkehidupan.
Pemikiran liberal yang masuk ke dalam Islam dengan mengajarkan kebebasan dan mendewakan akal. Pemikiran ini menganggap agama sebagai rantai pengikat kebebasan hingga harus dibuang jauh-jauh. Pemikiran ini mengharuskan memisahkan hubungan kehidupan dengan agama karena dianggap membatasi kebebasan manusia.
Sebagai orang tua, kita harus memperhatikan pendidikan anak. Bentengi mereka dengan iman agar di mana saja berada tak mudah terkena pengaruh ideologi yang menjauhkan dari Islam. Terutama dengan menjaga salat sebagai benteng utama dalam menjalani hidup. Mereka akan merasa selalu dalam pengawasan Allah ï·».
Ringkasan Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) pada 4 Desember 2022 yang disampaikan oleh Ust. Muhammad Saifudin, Lc, M.Ag (Mudir Ponpes Modern Muhammadiyah Sangen)