NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Wakaf Orang Tua yang Sudah Meninggal, Amalan Pendosa, dan Ketaatan pada Suami yang Menyeleweng

MEDIA AN NUUR─Pengajian Ahad Pagi kali ini, Ustaz Ngatemin membahas beberapa pertanyaan dari jemaah yang dikirim melalui WhatsApp kepadanya. Ada 3 pertanyaan terjawab, tentang wakaf orang tua yang sudah meninggal, amal pendosa, dan ketaatan pada suami menyeleweng.

Wakaf untuk Orang Tua yang Sudah Meninggal, Sampaikah Pahalanya?

Pertanyaan pertama: Apakah wakaf untuk orang tua yang sudah meninggal akan sampai dan ahli waris yang mewakafkan juga mendapatkan pahalanya?

Anak merupakan sebuah anugerah yang Allah ﷻ berikan kepada kita. Anak saleh merupakan aset di dunia maupun di akhirat yang tak ternilai harganya bagi orang tua. Anak saleh bisa mengirimkan doa dan pahala yang tak akan terputus meskipun orang tuanya telah meninggal dunia.

Ustaz Ngatemin
Ustaz Ngatemin sampaikan pengajian

Orang tua dalam melahirkan dan membesarkan anak penuh perjuangan, maka hasil didikan itu ketika beribadah maka pahalanya turut mengalir pada orang tua.

Terlebih bila anak melihat orang tua yang bertakwa kepada Allah ﷻ, sehingga anak pun meneladani dengan bertakwa kepada Allah ﷻ. Apabila orang tua tekun mendirikan salat dan membaca Al-Qur’an, maka sang anak akan mencontohnya juga tekun salat serta membaca Al-Qur’an. Jadi anak terpola kehidupannya menjadi anak yang saleh adalah aset bagi orang tua.

Wakaf untuk orang tua yang sudah meninggal diperbolehkan, bahkan dianjurkan oleh Rasulullah. Termasuk zakat, infak, kurban, sedekah, dan sebagainya, maka akan menjadi pahala bagi orang tua dan juga bagi si anak.

اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ أَبِي مَاتَ وَتَرَكَ مَالاً وَلَمْ يُوْصِ، فَهَلْ يُكَفِّرُ عَنْهُ إِنْ أَتَصَدَّقُ عَنْهُ؟ قَالَ: نَعَمْ. [رواه مسلم]

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi: Sesungguhnya ayahku wafat dan meninggalkan harta akan tetapi beliau belum berwasiat. Maka apakah dia dihapuskan (dosanya) jika saya bersedekah atas namanya? Jawab beliau: “Ya”.” (HR. Muslim)

Apakah Amal Orang yang Dulunya Banyak Dosa akan Diterima?

Pertanyaan kedua: Orang yang selama hidup banyak berbuat dosa, tapi menjelang akhir hayat ia banyak berbuat amal ibadah, apakah amalnya diterima?

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِىِّ قَالَ نَظَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِلَى رَجُلٍ يُقَاتِلُ الْمُشْرِكِينَ ، وَكَانَ مِنْ أَعْظَمِ الْمُسْلِمِينَ غَنَاءً عَنْهُمْ فَقَالَ « مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا » . فَتَبِعَهُ رَجُلٌ فَلَمْ يَزَلْ عَلَى ذَلِكَ حَتَّى جُرِحَ ، فَاسْتَعْجَلَ الْمَوْتَ . فَقَالَ بِذُبَابَةِ سَيْفِهِ ، فَوَضَعَهُ بَيْنَ ثَدْيَيْهِ ، فَتَحَامَلَ عَلَيْهِ ، حَتَّى خَرَجَ مِنْ بَيْنِ كَتِفَيْهِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّهُ لَمِنْ أَهْلِ النَّارِ ، وَيَعْمَلُ فِيمَا يَرَى النَّاسُ عَمَلَ أَهْلِ النَّارِ وَهْوَ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِخَوَاتِيمِهَا »

Sahl bin Sa’ad As-Sa’idi berkata bahwa Nabi ﷺ pernah melihat ada yang membunuh orang-orang musyrik dan ia merupakan salah seorang prajurit muslimin yang gagah berani. Namun anehnya beliau malah berujar, “Siapa yang ingin melihat seorang penduduk neraka, silakan lihat orang ini.” Kontan seseorang menguntitnya, dan terus ia kuntit hingga prajurit tadi terluka dan ia sendiri ingin segera mati (tak kuat menahan sakit, pen.). Lalu serta merta, ia ambil ujung pedangnya dan ia letakkan di dadanya, lantas ia hunjamkan hingga menembus di antara kedua lengannya. Selanjutnya Nabi ﷺ bersabda, “Sungguh ada seorang hamba yang menurut pandangan orang banyak mengamalkan amalan penghuni surga, namun berakhir menjadi penghuni neraka. Sebaliknya ada seorang hamba yang menurut pandangan orang melakukan amalan-amalan penduduk neraka, namun berakhir dengan menjadi penghuni surga. Sungguh amalan itu dilihat dari akhirnya.” (HR. Bukhari)

Hadis di atas menerangkan bahwa amalan seseorang tergantung akhirnya. Jadi akan ada orang yang banyak amalnya saat hidup, tapi di akhir hayat bermaksiat menyebabkan masuk neraka. Sebaliknya ada yang banyak dosa maksiat tapi di akhir hayat tobat dan mendapat hidayah hingga mati dalam husnul khatimah. Maka amal manusia dilihat pada pungkasannya.

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari)

Apakah Masih Harus Patuh pada Suami yang Menyeleweng?

Pertanyaan ketiga: Apakah istri masih harus patuh pada suami yang menyeleweng?

Siapapun, suami atau istri, bisa berdosa. Maka kita harus memiliki sifat pemaaf dan mendoakan agar yang berbuat salah dan dosa untuk insaf. Ini sesuai dengan firman Allah ﷻ berikut ini.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِنْ تَعْفُوا وَتَصْفَحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (١٤) إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلادُكُمْ فِتْنَةٌ وَاللَّهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ (١٥) 

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghaabun: 14-15)

Dari ayat tersebut kita bisa ambil kesimpulan, kesalahan apapun bisa dimaafkan, harus saling memperbaiki. Allah ﷻ sangat menyukai hamba yang menyadari kesalahan dan mau memperbaiki diri. Apalagi disebutkan bahwa orang terbaik adalah yang baik pada pasangan.

     عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُول اللَّه صَلَّى الله عَلَيهِ وَسَلَّمَ : أَكْمَل الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ … رواه الترمذي وغيره

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah ﷺ telah bersabda, “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada pasangannya.” (HR. At-Tirmidzi)

Jadi meski suami menyeleweng, istri tetap harus patuh padanya. Kepatuhan itu tetap ada batasan yakni tak boleh taat dalam kemaksiatan kepada Allah ﷻ. “Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah ﷻ." (HR Ahmad)

Ringkasan Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) pada 13 November 2022 yang disampaikan oleh Ust. Drs. H. Ngatemin, M.Ag (Gunungkidul)

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822