NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Cerita Warga Sidowayah Turut Meramaikan Penggembira Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo

MEDIA AN NUUR─Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 resmi digelar di Solo, 18-20 November 2022. Selain kepentingan para muktamirin, kehadiran penggembira dari seluruh penjuru nusantara adalah fenomena yang luar biasa. Datang dengan biaya mandiri, bentuk kecintaan pada persyarikatan, bersuka-ria menyambut muktamar.

Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Ngreco dan Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Ngreco, turut menghadirkan jemaahnya meramaikan pembukaan muktamar sebagai penggembira. Ada 2 bus yang dicarter untuk mengangkut jemaah. “Satu bus untuk warga, satu bus untuk para guru MIM Sidowayah, guru madin (madrasah diniyah), dan guru PAUD (PAUD IT An Nuur),” kata Bu Sri Rahayu selaku koordinator sekaligus ketua PRA Ngreco.

Sementara Bu Sukini, Kepala Sekolah MIM Sidowayah, kepada Media An Nuur mengatakan bahwa hanya bisa menyiapkan 2 armada karena bus-bus lain di Weru sudah dicarter oleh ranting lain yang juga berangkat penggembira ke Solo. “Terpaksa pesertanya terbatas, yang ikut yang dijawil sama pengurus saja, dan diberi ID card penggembira,” katanya.

Kedua bus berangkat pada Sabtu pagi, 19 November 2022 sekira pukul 05:30 WIB. Sampai di Solo ternyata hanya bisa parkir di bahu jalan sekitaran Stadion Sri Wedari. Jauh-jauh hari, panitia muktamar sudah memperkirakan waktu pembukaan akan ada 10 ribu bus memenuhi Kota Solo dan sekitarnya.

Jemaah dari Sidowayah yang didominasi ibu-ibu Aisyiyah ini kemudian menumpang bus BST (Batik Solo Trans) yang disediakan gratis oleh Pemkot Solo. Hanya sebagian bisa terangkut, sisanya memilih berjalan kaki lantaran bus BST lainnya penuh ditumpangi para penggembira muktamar lain.

Bu Purwaningsih, sekretaris desa (carik) Ngreco yang turut berangkat, juga berjalan menuju arena pembukaan muktamar di Stadion Manahan, bersama warga yang tak mendapat angkutan. Beruntung cuaca tidak hujan dan tidak panas.

Istri dari Pak Sutarto, Kepala Takmir Masjid An Nuur Sidowayah ini, sempat menaikkan ojek 3 warga yakni Pak Haji Jumaroh, Pak Diyono, dan Bu Tipar. “Yang sepuh biar naik ojek, kasihan kalau kecapaian nanti, kita yang muda jalan-jalan saja,” kata Bu Pur.

Para guru MIM Sidowayah, guru madin, guru PAUD IT An Nuur, bersama Bu Sukini dan Pak Danuri, ketua PRM Ngreco, juga berjalan menuju lokasi pembukaan muktamar. Sepanjang jalan memang bersamaan para penggembira lain, bahkan dari berbagai kota luar Solo.

Bus-bus yang terparkir di badan jalan menunjukkan asal para penggembira dari mana-mana. Ada bus dari Malang, Bekasi, Tangerang, Kediri, Lampung, dan banyak lagi. Terlihat warga Muhammadiyah dan Aisyiyah begitu bergembira meski harus berjalan jauh.

Penggembira muktamar
Para penggembira berjalan kaki menuju arena muktamar

Para penggembira dari Sidowayah tak ada yang bisa masuk ke Stadion Manahan karena sudah penuh oleh peserta yang datang duluan. Meski demikian, mereka mengaku senang bisa kumpul dengan banyak orang dari berbagai daerah, meski hanya berada di jalanan.

Penggembira muktamar dari Sidowayah
Sekelompok penggembira dari Sidowayah duduk beristirahat

Kegembiraan para penggembira muktamar dari berbagai kota terlihat nyata. Berjubelan di jalan, mereka menggunakan gawai untuk mengabadikan momen bersejarah ini meski sekadar berselfie di tengah kerumunan. Sebagian melambaikan tangan ke atas ke arah drone yang terbang berkeliling.

Sebagian mengobrol dengan teman-temannya menggunakan logat asal mereka. Ada dialek bahasa Jawa Tegal, dialeg Semarang, dialek bahasa Sunda, dialek Betawi, dan lainnya. Semangat yang luar biasa para penggembira yang layak diapresiasi.

MIM Sidowayah
Guru MIM Sidowayah berfoto bersama

Penggembira muktamar dari Sidowayah terpencar dalam beberapa kelompok. Saat hendak pulang, mereka saling berkomunikasi menggunakan WhatsApp. Titik kumpul di parkiran bus.

Saat jalan kembali ke parkiran bus, Bu Purwaningsih sempat menyapa seorang bapak yang berdiri di tepi jalan dengan berkata, “Capai, ya, Pak?”

Si bapak menjawab, “Enggak, enggak capai. Itu yang capai yang pada duduk tuh!” sambil menunjuk teman-temannya yang duduk-duduk di sembarang alas yang dijumpai. Wah, semangatnya memang top.

Cerita ibu-ibu Aisyiyah Sidowayah kembali ke parkiran, karena sudah lelah ada yang menumpang ojek, ada yang mencegat taksi untuk bersembilan, dan sebagian tetap memilih berjalan kaki.

Sempat terlihat Bu Purwaningsih tak segan memungut sampah plastik bekas wadah makanan ringan yang tercecer di dekat bus terparkir, untuk selanjutnya dibuangnya ke tempat sampah. Muhammadiyah memang mengajak seluruh muktamirin dan penggembira melaksanakan green muktamar dengan Gerakan Muktamar Resik, untuk mewujudkan muktamar yang bersih.

Setelah peserta kumpul di parkiran, pak sopir segera menyalakan mesin kendaraannya. Rencananya, bus akan meluncur menuju objek wisata Waduk Cengklik Park merupakan tempat wisata yang terletak di Boyolali, Jawa Tengah. Namun apa daya, jalan di Solo macet total, akhirnya diputuskan untuk putar arah, pulang ke Weru.

Bus yang satu, yang ditumpangi para guru, menuju ke Bazar dan Expo Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah 2022 di De Tjolomadoe, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Namun, gagal masuk juga lantaran jalan padat. Mereka beralih menuju ke Wisata Air Tlatar di Boyolali, dan sukses sampai di sana.

Demikianlah cerita warga Sidowayah yang turut meramaikan muktamar sebagai penggembira. Semoga apa saja hasil muktamar bisa memberikan manfaat dan kontribusi berarti bagi persyarikatan dan makin berkiprah memajukan Indonesia.

Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822