MEDIA AN NUUR─Kamis, 17 November 2022, bakda salat Isya, warga Sidowayah RT 01 RW 06 menghadiri pengajian rutin dua pekanan yang malam ini bertempat di rumah Bapak Heri Purwanto-Ibu Nurhayati. Cuaca malam diwarnai gerimis ringan, tak menyurutkan langkah warga untuk berkumpul menuntut ilmu.
Pertemuan dibuka oleh Pak RT selaku pembawa acara, dengan membaca basmalah. Kemudian pembacaan ayat suci Al-Qur'an dipimpin oleh Pak Ibnu Ka'ab, melanjutkan membaca Surat Al Mu'min (40) ayat 51 sampai 60. Acara inti pengajian disampaikan oleh Ustaz Fauzan.
Ustaz Fauzan sampaikah taushiah |
Ustaz Fauzan mengisahkan, Nu’aim bin Abdullah pernah melihat Abu Hurairah berwudu membasuh kepala dan melakukannya dengan sempurna, lalu membasuh tangan kanan hingga sebagian lengan, lalu tangan kiri hingga sebagian lengan, lalu mengusap kepala, lalu membasuh kaki kanan hingga sebagian betis, lalu membasuh kaki kiri hingga sebagian betis.
Padahal dalam hadis tentang tata cara wudu disebutkan bahwa batas membasuh tangan hanya sampai siku, dan kaki sebatas mata kaki. Namun, Abu Hurairah justru melebihkan sampai sebagian lengan atas dan sebagian betis. Inilah penjelasan dari Abu Hurairah.
عَنْ أَبي هُريْرَةَ رضيَ اللَّه عَنْه قال : سمِعْت رَسُولَ اللَّهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم يقُول : « إِنَّ أُمَّتي يُدْعَوْنَ يَوْمَ القِيامَةِ غُرّاً محَجَّلِينَ مِنْ آثَارِ الوضوءِ فَمنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ أَنْ يُطِيل غُرَّتَه ، فَليفعلْ » متفقٌ عليه
Dari Abu Hurairah RA, katanya: “Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya umatku itu akan dipanggil pada hari kiamat dalam keadaan bercahaya wajahnya dan amat putih bersih tubuhnya dari sebab bekas-bekasnya berwudu. Maka dari itu, barangsiapa yang dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang –yakni menambahkan– bercahayanya, maka baiklah ia melakukannya -dengan menyempurnakan berwudu itu sesempurna mungkin.” (Muttafaq ‘alaih)
Pada hadis di atas, Abu Hurairah menyampaikan bahwa ketika ia berwudu memperpanjang basuhan air dengan alasan menambahkan cahaya dari anggota wudu kelak di hari Kiamat. Benarkah itu keutamaan ataukah sebuah bid'ah yang mengada-ada?
Bapak-bapak menyimak pengajian |
Beberapa ulama mengatakan bahwa kalimat terakhir, “Maka dari itu, barangsiapa yang dapat di antara engkau semua hendak memperpanjang, dan seterusnya,” adalah tambahan dari Abu Hurairah dan bukan sabda Nabi Muhammad ﷺ.
Adapun perbuatan Abu Hurairah memanjangkan wudu hingga lengan atas dan sebagian betis, maka ini adalah pendapat yang diamalkannya untuk diri sendiri, tidak diajarkan kepada orang lain, dan tidak termasuk amalan bid'ah.
Ibu-ibu menyimak kajian |
Kesimpulannya, wudu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ tetap terbatas pada anggota wudu sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Ma'idah ayat 6.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قُمْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ فَاغْسِلُوْا وُجُوْهَكُمْ وَاَيْدِيَكُمْ اِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوْا بِرُءُوْسِكُمْ وَاَرْجُلَكُمْ اِلَى الْكَعْبَيْنِۗ
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan salat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki.”
Pengajian diakhiri dengan membaca hamdalah. Warga kemudian menikmati hidangan bakso yang disediakan oleh tuan rumah. Semoga Allah ﷻ menilai hidangan ini sebagai sedekah berpahala dan menambah berkah rezeki Pak Heri dan Bu Nur.