MEDIA AN NUUR─Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi umat Islam yang tak bisa diwakilkan. Maka beruntunglah kita yang bisa hadir dalam majelis taklim. Itulah jalan yang kelak akan membawa ke surga. Dengan ilmu pula kita bisa tahu hakikat hidup di dunia.
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (Q.S Az-Zariyat: 56)
Kita diciptakan untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah ﷻ. Ini adalah amanat yang harus dikerjakan. Orang yang di akhir hayatnya mengucap tahlil maka akan masuk surga. Tapi tak semudah itu ketika sakaratul maut. Ada proses panjang semasa hidup agar bisa melafalkannya kala maut menjelang.
Ustaz Syafi'i sampaikan kajian |
Pertanyaan kubur pun gampang jawabannya, bahkan anak kecil saja bisa menjawab. Namun, ketika tiba masanya Malaikat Munkar dan Nakir sudah mendatangi di alam barzakh, belum tentu begitu saja bisa. Butuh proses panjang semasa hidup agar bisa menjawab pertanyaan dua malaikat tersebut.
Dunia adalah ladang akhirat. Di dunia ini kita bisa memanfaatkan harta untuk jalan Allah ﷻ maka kelak memanennya di akhirat. Urusan harta bahkan pertanggungjawaban 2 hal, yakni cara mendapatkan dan kemana memanfaatkannya.
Sebagai manusia tentu kita menginginkan keselamatan di akhirat. Keimanan jangan sampai terkotori kesyirikan agar tak kecele saat tiba hari perhitungan. Jangan sampai kita merasa sudah beribadah dengan taat, ternyata hangus oleh kesyirikan saat di dunia.
Kesyirikan dalam kehidupan sekitar kita sangat banyak, kalau tak berhati-hati akan terjebak melakukannya. Salah satunya adalah sesaji yang dianggap sepele. Padahal itu kesyirikan yang nyata.
Ingatlah cerita Rasulullah ﷺ tentang 2 orang yang melewati kaum penyembah berhala yang mewajibkan siapa saja melintas untuk memberikan persembahan. Yang seorang mempersembahkan seekor lalat, yang seorang tak mau karena itu syirik. Mereka terpisah surga dan neraka hanya karena seekor lalat.
Persembahan termasuk sesaji adalah kesyirikan. Itu harus kita sadari sepenuhnya agar akidah tak terkotori perbuatan syirik itu. Seekor lalat saja bisa menjadikan orang masuk neraka, apalagi sesaji makanan bahkan penyembelihan binatang ternak.
Kehidupan dunia adalah kesenangan yang menipu. Maka hati-hati dalam menjalaninya adalah cara kita agar tak tertipu. Kehidupan dunia adalah kesenangan yang sedikit dan sementara. Yang kekal abadi adalah akhirat. Pikirkan, jangan hanya dunia saja yang kita kejar.
Jemaah Ahad Pagi putra di serambi samping gedung |
Kecintaan pada dunia bisa menyesatkan kita. Jabatan adalah amanah di mana kita bisa tersesat kalau tidak berhati-hati. Mendapatkan jabatan dengan menyuap adalah dosa. Namun, betapa banyak yang menganggap itu hal biasa dan tak akan ada pertanggungjawabannya kelak.
Kita semua tentu ingin bisa senang di dunia dan bahagia di akhirat. Kalau tidak bisa demikian, maka pilihan kedua bisa kita usahakan, yakni di dunia bersusah payah tapi di akhirat bisa masuk ke surga. Yang harus jauh-jauh kita hindari adalah susah di dunia dan celaka di akhirat.
Banyak cara bisa kita lakukan agar bisa meraih surga dengan cerdas, yakni dengan wakaf. Wakaf adalah cara kita membeli surga. Pahalanya berlipat ganda mengalir kepada kita meski sudah meninggal dunia selama apa yang kita wakafkan itu masih dimanfaatkan.
Ringkasan Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Weru (Kalisige, Karakan, Weru) pada 30 Oktober 2022 yang disampaikan oleh Ust. H. Muhammad Syafi'i (Kepala KUA Weru)
Ringkasannya mengingatkan saya bahwa dunia ini tidak kekal, seharusnya dunia dijadikan ladang mengumpulkan amal
BalasHapusBetul Bu Siti. Untuk pengingat diri...
Hapus