MEDIA AN NUUR─Muktamar Aisyiyah Ke-48 yang akan digelar di Surakarta pada 18-20 November 2022 mengusung tema “Perempuan Berkemajuan, Mencerahkan Peradaban Bangsa”. Aisyiyah akan terus memberikan kontribusi untuk bangsa ini, baik dari segi keumatan dan kemanusiaan universal. Tujuannya terus mensejahterakan dan memajukan perempuan.
Apapun kiprah Aisyiyah, hal yang selayaknya perlu ditingkatkan adalah kemampuan perempuan dalam literasi. Melek literasi sangat penting karena dengan keterampilan membaca dan menulis akan menciptakan sebuah tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif terutama di era digital ini.
Kesadaran akan pentingnya keterampilan baca-tulis memunculkan komunitas-komunitas literasi di tengah masyarakat sebagai sebuah fenomena yang bagus dan perlu didukung. Bicara tentang literasi bagi perempuan, kita bisa berkaca pada sebuah komunitas bernama Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN).
Yuk, Kenalan dengan Pasukan Elang Biru ─ Elang Nuswantara
Belum lama ini, sekumpulan perempuan hebat yang tergabung dalam komunitas IIDN itu, menunjukkan kemampuan berliterasi dengan menerbitkan sebuah buku prosa budaya berjudul “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”. Merupakan antologi 28 cerpen bermuatan budaya karya Pasukan Elang Biru, sebutan mereka sebagai bagian dari Elang Nuswantara.
Elang Nuswantara adalah sebuah komunitas pencinta budaya dan alam Indonesia yang beranggotakan para pejuang literasi dari seluruh Indonesia, yang memiliki semangat luar biasa untuk menguri-uri budaya dan menyampaikan pesan-pesan leluhur dengan cara kekinian.
Komunitas Elang Nuswantara didirikan oleh perempuan bernama Kirana Kejora, seorang writerpreneur, penulis buku best seller, dan produser film, pada tanggal 14 Maret 2022. Elang Nuswantara memiliki motto “Menerbangkan karya, membuanakan jiwa dengan berkekasih semesta tanpa ketaksaan”.
Ada 3 pasukan penulis yang diberi nama Pasukan Elang Merah, Pasukan Elang Putih, dan Pasukan Elang Biru. Masing-masing pasukan telah menerbitkan buku bertema budaya, dan Pasukan Elang Biru yang berisikan anggota IIDN dengan bangga mempersembahkan “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”.
Komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN) Berdayakan Perempuan Berliterasi
Sekilas tentang IIDN, merupakan komunitas perempuan penulis yang terdiri dari banyak genre juga berbagai profesi kepenulisan. Mulai dari bloger, novelis, hingga cerpenis. IIDN memiliki visi memajukan perempuan Indonesia melalui dunia menulis.
Pendiri IIDN adalah perempuan bernama Indari Mastuti. Didirikan di Bandung pada bulan Mei 2010. Hingga kini memiliki lebih dari 21 ribu member yang tersebar di seluruh Indonesia serta beberapa tempat di luar negeri dan memiliki korwil aktif di beberapa kota besar Indonesia.
Kegiatan IIDN cukup banyak, dari sharing kepenulisan, kelas-kelas menulis, hingga partnership dengan berbagai lembaga baik itu kementerian, brand komersial, ataupun NGO, dalam bentuk penulisan buku, event blogger, kompetisi blog, dan sebagainya.
Pada hari Jumat, 7 Oktober 2022 lalu, Komunitas IIDN menyelenggarakan webinar dengan mengusung tema “Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa” menghadirkan narasumber Widyanti Yuliandari dan Kirana Kejora.
Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa |
Widyanti Yuliandari yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum IIDN menyampaikan bahwa menulis cerpen budaya nuswantara ini adalah sebuah panggilan yang menarik dan membawa pesan penting bagi generasi muda. Terbitnya “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” adalah cara IIDN mensyukuri, menjaga, serta turut merayakan warisan budaya luhur nusantara.
Widyanti Yuliandari Bagikan Kiat Menulis Fiksi untuk Pemula
Widyanti Yuliandari, yang juga seorang bloger dan writing mentor, menyampaikan pembahasan tentang penulisan fiksi. Menurutnya, seorang penulis jangan terlalu melabeli diri pada satu genre misal sebagai penulis nonfiksi saja. Harus terbuka pada hal baru, yakni adanya kemungkinan untuk menulis fiksi.
Ada mitos tentang penulisan fiksi yang menyebut bahwa untuk menghasilkan karya fiksi itu harus pintar mengkhayal, hanya dapat dilakukan oleh orang yang berbakat, dan merupakan jenis tulisan yang sangat gampang dibuat.
Widyanti Yuliandari sampaikan tips menulis fiksi |
Widyanti mengatakan bahwa tulisan fiksi tak semata hanya mengkhayal, bahkan butuh riset yang kuat dan lebih mendalam dari berbagai sumber referensi. Mitos bakat pun terpatahkan karena banyak yang mampu menulis fiksi meski selama ini selalu menulis nonfiksi. Kemudian anggapan fiksi gampang dibuat juga kurang tepat karena memang tak segampang sekadar berkhayal saja untuk menuliskannya.
Ada tips dalam menulis fiksi untuk pemula, diawali dengan memperbanyak membaca karya fiksi dari berbagai penulis yang baik. Ini akan membuat kita terbiasa dengan karya fiksi, memperkaya diksi dan tahu bagaimana penulis fiksi mengemas karya mereka.
Kemudian lepaskan dulu ekspektasi untuk bisa menulis sempurna, karena sebagai pemula berhasil menyelesaikan karya itu lebih baik daripada berharap hasil sempurna. Jauhkan dulu ketakutan akan jeleknya hasil tulisan karena itu bisa menghambat dalam belajar menulis fiksi.
Gunakan setting yang mudah dibayangkan, yang sudah dekat dan akrab dengan kita. Jauh lebih mudah ketika kita menuliskan apa yang pernah kita alami. Agar bisa lebih menyatu dengan karya yang ditulis, bisa dibantu dengan menggunakan video, foto, rekaman suara, dan sebagainya.
Yang terakhir dan sangat penting adalah jangan lupa meminta pada Tuhan agar diberi kemampuan menyelesaikannya. Perbaiki niat menulis untuk menebar manfaat, bukan agar terlihat hebat di mata orang lain.
Menerbangkan Adikarya Nuswantara dalam Bingkai Cerita yang Tak Biasa
Pada sesi kedua, dengan narasumber Kirana Kejora, pendiri Elang Nuswantara. Kirana mengatakan bahwa siapa lagi yang harus menjaga warisan budaya kalau bukan kita semua. Apalagi sebagai penulis yang notabenenya adalah manusia yang dikaruniai kepekaan dan kecerdasan.
Elang Nuswantara adalah wadah untuk siapa saja yang peduli dengan budaya ataupun kearifan lokal seperti alam dan kuliner. Elang Biru menghadirkan karya fiksi, tema budaya yang mengandung unsur khayalan.
Kirana Kejora mengatakan semesta menunjuk orang yang peduli untuk menjaga budaya |
Karya yang termuat dalam buku antologi “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” memang bukan cerpen biasa. Sebagai pengampu penyusunan buku ini, Kirana Kejora tahu persis bagaimana proses penulisan yang totalitas mengangkat keunikan budaya menjadi sebuah adikarya dengan riset based on data.
Menurut Kirana, semesta telah menunjuk orang-orang yang peduli untuk menjadi penjaga budaya, menguri-urinya sehingga bisa menyampaikan pesan-pesan leluhur dengan baik melalui karya literasi kekinian dalam bentuk tulisan atau film.
Warisan budaya para leluhur selalu ada filosofinya. Termasuk dalam mendesain pakaian ada pesan-pesan yang hendak disampaikan. Totopong misalnya, kain ikat kepala Sunda yang berbentuk persegi memiliki 4 sudut yang mengandung makna kretek ati yakni niat, lisan, perilaku, dan raga.
Dalam menyampaikan pesan itu tentu tidak saklek dengan menulis bahwa totopong bermakna blablabla. Sebagai penulis tugas kita adalah mempercantik tulisan agar bisa bicara. Huruf-huruf itu menjadi gambar yang hidup. Kalimat yang gambarnya bergerak atau filmis.
Agar tulisan kita itu filmis harus memenuhi beberapa unsur yakni posible atau masuk akal, suspend atau menggetarkan, dan surprise atau kejutan. Selain itu juga musti ada unsur romance.
Sebuah cerita yang bagus harus mengandung unsur drama keluarga, drama romance, unsur religi, dan unsur satire. Satire itu lucu tapi belum tentu komedi. Ibarat luka tanpa robekan, bisa menampar pembaca.
Kirana mengatakan sangat senang bersinergi dengan IIDN. Menurutnya, perempuan itu puan, garda terdepan bangsa. Perempuan itu ibu, yang akan mendidik putra-putrinya, entah itu putra-putri biologis atau bukan. Ibu adalah emak atau induk yang akan merawatnya.
Kirana Kejora juga menyebut penggunaan diksi adikarya dengan maksud untuk memantik agar orang bisa terpancing untuk berbuat yang lebih daripada apa yang dilakukan Pasukan Elang Biru. Masih jauh perjalanan menerbangkan adikarya nuswantara, dan Elang Biru baru saja memulainya.
Dukung Elang Nuswantara dengan Membeli Buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa”
Kirana Kejora tak segan menawarkan kepada siapa saja yang peduli dengan budaya untuk membeli buku karya 28 penulis yang tergabung dalam Pasukan Elang Biru. Buku berjudul “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” ini memiliki kalimat elok merangkum seluruh cerpen di dalamnya yakni: “Cinta bukan hanya sekadar, namun harus berujar dan berpijar.”
Untuk pemesanan buku “Beri Aku Cerita yang Tak Biasa” bisa mengisi formulir di link ini. Harga buku Rp111.000. Pengiriman dari Ciputat, Tangerang Selatan. Berat 1 kg dapat memuat 3 buku. Pilihan ekspedisi bisa menggunakan jasa JNE, Wahana, Lion Parcel, dan Pos Indonesia. Untuk info/konfirmasi, silakan menghubungi Fitria pada nomor 081216884537.
Untuk diketahui bersama, Komunitas Elang Nuswantara terbuka bagi siapa saja yang mau bergabung, terlebih para perempuan Aisyiyah yang ingin belajar menekuni dunia literasi sekaligus menjaga warisan budaya bangsa. Syaratnya adalah mau menulis budaya dan alam Indonesia dengan sepenuh rasa. Peka dan peduli sebagai penulis sejati.
Untuk mengulik lebih jauh tentang Elang Nuswantara bisa melalui instagram @elangnuswantara. Untuk mengenal IIDN bisa mengulik di instagram @ibuibudoyannulis. Semoga segala upaya yang kita lakukan dengan ikhlas dan penuh semangat ini membuahkan hasil sesuai harapan. Seperti tema Muktamar Aisyiyah 2022 ini, “Perempuan Berkemajuan, Mencerahkan Peradaban Bangsa”.
Beri Aku Cinta yang Tidak Biasa judulnya menarik sekali ya pak RT, pasti buku ini kumpulan cerpen bernuasa romantis kalau tidak salah. Salut dan bangga pada semua penulisnya.
BalasHapusSalah baca deh. Cerita kaaaakkk, bukan cintaaaa. Hehehe.
Hapus