MEDIA AN NUUR─Ahad, 21 Agustus 2022. Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Weru bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Sukoharjo, menggelar Tablig Akbar dalam rangka Milad Aisyiyah ke-105 Miladiyah dan Gebyar Muhammadiyah dan Aisyiyah 48 di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalisige. Tema yang diusung pada tablig akbar kali ini adalah Perempuan Menyongsong Peradaban Utama dengan pembicara Ustazah Neng Zubaidah, S.H., M.H, Ph.D dari Jakarta.
Ustazah Neng Zubaidah |
Sebelum acara dimulai, digelar penampilan kreasi dari para siswa dari sekolah-sekolah di bawah asuhan PCA Weru. Termasuk di antaranya gerak dan lagu Asmaul Husna oleh anak-anak BA Aisyiyah Sidowayah dan persembahan marching band dari MIM Sidowayah.
Sekira pukul 09:00 WIB tablig akbar dimulai. Pembukaan dilanjut pembacaan ayat suci Al-Qur'an. Kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya, mars Muhammadiyah, dan mars Aisyiyah oleh paduan suara santriwati PPTQM Atmo Wahjono, dilanjutkan sambutan-sambutan.
Pada acara inti, Ustazah Neng Zubaidah, S.H., M.H, Ph.D menyampaikan bahwa perempuan mengusung peradaban utama dimulai dari keluarga. Membina keluarga Islam harus memperhatikan setidaknya 3 komponen yaitu akidah, syari'at, akhlak. Maka tak ada pintu untuk perkawinan beda agama.
Agama Islam secara terang-terangan melarang adanya menikah beda agama. Allah ﷻ berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 221 yang mengandung arti, “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik.”
Alasan utama dilarangnya pernikahan beda agama adalah akan merusak akidah. Lewat pernikahan seseorang akan mudah dipengaruhi imannya. Baik itu perkawinan beda dari 2 agama berbeda, atau dari orang beragama dengan penghayat aliran kepercayaan.
Hukum perkawinan di Indonesia merupakan ijtihad para ulama. Perkawinan harus ada persetujuan kedua belah pihak. Tidak boleh ada pemaksaan. Adanya kesukarelaan. Maka jangan sampai perempuan muslimah menerima ajakan pernikahan dari agama lain.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Tak hanya di dunia, perkawinan akan dipertanggungjawabkan di akhirat.
Untuk membentuk peradaban utama dari keluarga, maka dukungan suami sangat berpengaruh. Istri adalah mitra suami, bukan pembantu. Harus saling melengkapi, saling menyayangi, saling menghargai. Tak mungkin perempuan berjalan sendiri membina anak sebagai generasi penerus tanpa dukungan suami yang baik.
Permasalahan poligami juga menjadi problema dalam membina keluarga. Adapun dasar para suami menikah lagi adalah dalil dari Al-Qur'an berikut ini:
وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِى الْيَتٰمٰى فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِّنَ النِّسَآءِ مَثْنٰى وَثُلٰثَ وَرُبٰعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوٰحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمٰنُكُمْ ۚ ذٰلِكَ أَدْنٰىٓ أَلَّا تَعُولُوا
“Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.” (QS. An-Nisa': Ayat 3)
Padahal jelas dalam ayat tersebut menganjurkan menikahi seorang saja karena tak mudah berlaku adil. Keharmonisan dalam keluarga hadir bersama keadilan tersebut sehingga peran aktif suami-istri bisa optimal tak hanya untuk keluarga tapi juga untuk umat.
Perempuan dalam wadah besar Aisyiyah berkomitmen untuk terus memberikan solusi terhadap masalah-masalah negeri dan mengusung peradaban utama. Kesalehan individual seseorang tidak ada nilainya jika tidak diiringi dengan kesalehan sosial.
Spirit Aisyiyah dalam menebar kebaikan menerjemahkan agama tidak hanya dalam bentuk hubungan manusia dengan Tuhannya saja, namun juga hubungan manusia dengan manusia yang lainnya. Aisyiyah tetap berkiprah besar menunjukkan baktinya yang luar biasa untuk negeri tercinta ini.
Semoga momentum milad Aisyiyah ini menjadikan semakin semaraknya kiprah para perempuan tak hanya sebagai pendamping suami tapi juga bisa berjuang untuk umat, hadir menjadi uswah hasanah untuk masyarakat dunia dalam mengusung peradaban utama.