MEDIA AN NUUR─Indonesia dijajah Belanda sampai 350 tahun. Mengapa bisa sedemikian lama? Itu karena rakyat Indonesia masih dalam kebodohan. Minimnya keilmuan yang ada. Kemerdekaan berhasil diraih ketika para pejuang Indonesia sudah berilmu. Ilmu itulah yang memuliakan manusia.
Ustaz Saifudin sampaikan taushiah |
Ilmu yang mencerahkan itu di antaranya adalah K.H Ahmad Dahlan, yang mendirikan persyarikatan Muhammadiyah. Diawali menyingkirkan kebodohan dan kesyirikan dengan pendidikan ilmu dunia dan agama. Sedemikian pentingnya ilmu untuk meninggikan derajat manusia.
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al Mujadilah: 11).
Belajar itu harus ada guru yang mengajari agar ilmu terjaga keasliannya. Juga agar tidak salah paham atau pemahamannya salah. Imam Abu Yazid Al-Busthami (wafat 874 M) mengatakan:
مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ أُسْتَاذٌ فَإِمَامُهُ الشَّيْطَانُ
“Barang siapa yang tidak mempunyai guru, maka imamnya adalah setan.”
Jika ingin mendalami ilmu hadis, hendaknya mencari guru yang benar-benar memahami hadis. Pun ketika ingin mendalami sejarah hidup Nabi Muhammad ﷺ, carilah guru yang menguasai Sirah Nabawiyah. Jadi, jangan sampai kita terpaku pada satu guru saja. Ini disebabkan tidak semua bidang keilmuan dapat dibebankan kepada seorang guru saja.
Dalam menuntut ilmu harus kita niatkan karena Allah ﷻ. Tidak boleh menuntut ilmu berlandaskan dasar untuk mencari keuntungan dunia seperti agar mendapatkan jabatan, pekerjaan dengan gaji tinggi, dan sebagainya.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Barang siapa yang menuntut suatu ilmu seharusnya karena Allah, lalu dia tidak menuntutnya kecuali untuk mendapatkan tujuan dunia maka ia tidak dapat mencium bau surga.”
Satu orang berilmu dibanding 1000 orang bodoh lebih ditakuti oleh setan. Setan tahu pasti bahwa amal-amal kebaikan manusia akan menguap (sirna), dan persediaan amal kebaikan tidak dihitung di sisi Allah ﷻ jika tak didasari ilmu.
Jemaah Ahad Pagi PCM Weru |
Orang berilmu kelemahannya adalah syahwat atau nafsu. Maka orang berilmu wajib menyertai dengan benteng keimanan. Ketaatan pada Allah ﷻ dan menjalankan sunah Rasulullah ﷺ. Betapa banyak yang bersusah payah membina karir jatuh karena hawa nafsu.
Dalam menuntut ilmu jangan mudah merasa puas. Ketika kita menuntut ilmu, lihatlah ke atas. Orang lain yang lebih rajin belajar adalah orang yang pantas kita jadikan perbandingan sehingga kita termotivasi lebih rajin lagi dalam menuntut ilmu. Jangan sebaliknya, merasa kita paling paham ilmu.
Namun, untuk urusan harta, kita dianjurkan melihat ke bawah. Betapa banyak orang yang kekurangan dibanding kita. Maka Allah ﷻ mencintai hamba-Nya yang memiliki rasa syukur dalam menerima segala rezeki harta duniawi. Dengan keilmuan juga bisa menjadikan kita sebagai hamba bersyukur.
Selain bersyukur, Allah ﷻ mencintai hamba yang bersabar. Di antaranya adalah sabar dalam belajar. Sabar dalam ilmu juga berarti mengamalkan ilmu yang belum seberapa sambil menuntut ilmu lagi yang lebih tinggi.
Ilmu adalah cahaya yang tak akan bisa masuk ke dalam hati manusia yang penuh maksiat. Hati yang tulus juga memudahkan jalan menuntut ilmu. Menuntut ilmu merupakan ikhtiar manusia mencari jalan terang menuju kebaikan. Ilmu yang baik, menurut Imam Al-Ghazali, adalah ilmu yang mendekatkan pemiliknya pada akhirat.
Agar ilmu kita tidak liar dan membawa kejahatan dan merusak moral maka harus diikat dengan mengamalkan ibadah-ibadah sunah. Baik itu puasa sunah, salat sunah, sedekah, dan sebagainya. Semoga ilmu mengangkat derajat kita di dunia dan akhirat.
Ringkasan Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalisige pada 21 Agustus 2022 yang disampaikan oleh Ust. Muhammad Saifudin, Lc, M.Ag (Mudir Ponpes Modern Muhammadiyah Sangen)