MEDIA ANNUUR─Menjadi Hamba Bersyukur Sebagaimana Nabi Sulaiman As Menyikapi Karunia Allah Swt. Ketika Nabi Sulaiman As mengecek burung-burung di istananya, burung Hud-hud datang terlambat hingga nyaris membuat sang Nabi murka. Ternyata burung Hud-hud punya alasan keterlambatannya.
Hud-hud mengatakan bahwa ia terlambat karena menemukan sebuah negeri yang dipimpin wanita dan menyembah matahari. Negeri itu bernama Saba' yang dipimpin Ratu Balqis.
Ustaz Kamiran Qomar sampaikan taushiah |
Nabi Sulaiman As lantas mengutus Hud-hud kepada Ratu Balqis membawa surat ajakan menyembah Allah Swt. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an:
اِنَّهٗ مِنْ سُلَيْمٰنَ وَاِ نَّهٗ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اَ لَّا تَعْلُوْا عَلَيَّ وَأْتُوْنِيْ مُسْلِمِيْنَ
“Sesungguhnya (surat) itu dari Sulaiman yang isinya, Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, janganlah engkau berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Naml: Ayat 30-31)
Ratu Balqis merasa jika tunduk pada Sulaiman maka akan dihinakan dan dibinasakan. Maka dikirimnya utusan membawa hadiah-hadiah menunjukkan kekuatan harta dunia dari Negeri Saba'.
Nabi Sulaiman As mengatakan pada utusan itu bahwa apa yang Allah Swt berikan jauh lebih baik daripada hadiah itu. Bala tentara Sulaiman bisa menghancurkan Saba' tanpa mampu melawan.
Ratu Balqis akhirnya mendatangi istana Sulaiman. Sebelum ia sampai, sang Nabi telah memerintahkan seorang hamba yang memiliki ilmu dari Kitab untuk memindahkan singgasana Ratu Balqis dalam waktu singkat, sebelum mata Nabi berkedip.
Mengetahui singgasananya sudah berada di istana Nabi Sulaiman As, luluhlah Ratu Balqis dan menyadari betapa ia tak seberapa di hadapan Allah Swt. Akhirnya Ratu Balqis menyatakan berserah diri pada Allah Swt bersama Nabi Sulaiman As.
Nabi Sulaiman As dikaruniai nikmat luar biasa dari Allah Swt, menyadari sepenuhnya bahwa semua itu adalah ujian yang berat. Hal ini terungkap ketika salah satu hambanya yang beriman berhasil memindah singgasana Ratu Balqis.
هٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّيْ ۗ لِيَبْلُوَنِيْٓءَاَشْكُرُ اَمْ اَكْفُرُ ۗ وَمَنْ شَكَرَ فَاِ نَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِ نَّ رَبِّيْ غَنِيٌّ كَرِيْمٌ
“... Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barang siapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barang siapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya, Maha Mulia.” (QS. An-Naml: Ayat 40)
Belajar dari kisah Nabi Sulaiman As, salah satu yang bisa kita ambil ibrahnya adalah keharusan kita mensyukuri nikmat. Betapa banyak rezeki yang sudah diberikan Allah Swt kepada kita. Apa yang layak kita sombongkan jika dibanding dengan apa yang dikaruniakan pada Nabi Sulaiman As?
Tak pantas rasanya kita sombong di hadapan Allah Swt. Semua yang ada pada kita adalah pemberian-Nya sehingga kita wajib untuk berterima kasih kepada Allah Swt. Hanya kepada-Nya kita bersyukur.
Jamaah di luar gedung |
Bersyukur pada Allah Swt dalam perbuatan adalah dengan melaksanakan perintah-Nya. Beribadah hanya untuk-Nya. Berharap hanya untuk rida dari Allah Azza Wa Jalla. Tak berharap pada yang lainnya.
Ringkasan Pengajian Ahad Pagi PCM Weru di Gedung Dakwah Muhammadiyah Kalisige pada 17 April 2022 yang disampaikan oleh Ust. Drs KH Kamiran Qomar (Yogyakarta)