MEDIA-ANNUUR─Pembinaan Ustaz-Ustazah LPQ Se-Kecamatan Weru. Badan Koordinasi Lembaga Pendidikan Al-Qur'an (Badko LPQ) Weru bekerja sama dengan IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) Weru menggelar kegiatan Pembinaan Ustadz-Ustadzah LPQ Se-Kecamatan Weru. Pelaksanaan di Gedung IPHI Weru, dibagi dalam 2 gelombang, yakni tanggal 21 November 2021 dan 28 November 2021.
Pembinaan guru TPQ se-Weru |
TPQ An Nuur Sidowayah mengutus 2 ustaz muda yakni Hanif dan Mukhtar untuk mengikuti kegiatan ini dan masuk pada gelombang pertama tanggal 21. Adapun kuota per kelurahan hanya untuk 10 peserta. Pada gelombang pertama untuk 6 kelurahan di Ngreco, sisanya pada gelombang kedua.
Mukhtar dan Hanif utusan dari An Nuur. |
Dalam sambutan saat pembukaan acara, Pak Bambang selaku ketua Badko LPQ Weru menyampaikan bahwa peserta yang hadir sudah dipilih oleh TPQ masing-masing yang diharap mampu menjadi pemegang estafet kepengurusan dan pengelolaan TPQ di daerah masing-masing.
Sambutan ketua badko LPQ Weru. |
Harapan terselenggaranya kegiatan ini adalah menyiapkan generasi agar tak putus dalam berdakwah terutama untuk merawat anak-anak agar dapat belajar Al-Qur'an dan memahami serta mengamalkan ajaran Islam.
Kegiatan ini disambut baik oleh Camat Weru Bapak Pandiyanto, yang pada kesempatan sambutan menyampaikan apresiasi penyelenggaraan pembinaan yang dirasa sangat bagus untuk pembentukan kader anak bangsa agar bangsa ini tidak rusak.
Sambutan Camat Weru. |
Pak Camat juga menganjurkan agar TPQ yang belum memiliki ijin operasional agar segera dibantu mengurus ijop tersebut agar lebih bersemangat dalam pengelolaan dan bisa tercover bantuan apa saja dari pemerintah.
Pengurus IPHI hadiri pembukaan. |
Kepada peserta, beliau memotivasi agar serius dalam mengikuti pelatihan. Agar saling mengenal satu sama lain meski berbeda kelurahan agar tercipta kekompakan.
Foto bersama usai pembukaan. |
Season pertama adalah pemberian motivasi kepada para pengajar TPQ. Kali ini disampaikan oleh Ustaz Didik Efendi yang sekaligus juga ketua IPHI Kecamatan Weru. "Agar santri kita semangat belajarnya tinggi, maka yang mengajar harus lebih dulu memiliki semangat yang tinggi," kata beliau.
Pak Hanto moderator materi 1. |
Agar kita bisa mengecas energi positif bagi santri, maka kita harus memiliki asupan energi yang lebih besar. "Sadarilah, tugas kita bukan hal kecil. Ini adalah tugas dari Allah Swt untuk mengajarkan Al-Qur'an," kata beliau.
Ketika menyadari kita 'bekerja' untuk Allah Swt maka seharusnya kita malu ketika mangkir tugas, tak maksimal dalam mendidik santri. Meski sebenarnya Allah Swt tak akan kehabisan cara menjaga Islam. Intinya, kalaupun kita tak peduli pada pengajaran TPQ tak ada pengaruhnya bagi Allah Swt. Yang ada adalah pertanyaan, apakah kita akan menjadi bagian dari keberlangsungan TPQ atau abai sama sekali?
"Anak-anak yang kita didik kelak akan menjadi tokoh-tokoh masa depan. Apakah di situ ada peran kita dalam meletakkan dasar-dasar akidah yang kuat pada mereka? Peluang itu ada; saat kita mengajari mereka belajar di TPQ."
Ustaz Didik sampaikan motivasi. |
Ustaz Didik mengingatkan akan ada 7 golongan yang akan mendapat naungan Allah Swt kelak di hari Kiamat. Di antaranya adalah anak-anak muda yang tumbuh dalam beribadah. "Pemuda rajin ke masjid dan telaten merawat TPQ adalah istimewa dan tak bisa dilakukan sembarangan pemuda. Kalian adalah pemuda pilihan," kata beliau.
Selain itu, perlu juga diingat bahwa ilmu yang kita ajarkan kelak akan menjadi amalan jariyah yang selalu mengalirkan pahala meski kita sudah meninggalkan dunia ini selama ilmu tersebut masih diamalkan, bahkan diajarkan lagi kepada generasi selanjutnya. "Betapa besar potensi kebaikan itu," begitu beliau mengingatkan.
Selanjutnya mari kita ubah cara pandang kita. Banyak kita jumpai orang tua yang kesehariannya kurang baik hanya pasrah borongan dalam mendidik anaknya ke TPQ. Berapa banyak yang kemudian berkata, "Orang tuanya saja perbuatannya kayak gitu tidak mau mengajari anak dengan contoh baik, enak saja anaknya begitu saja dipasrahkan pada kita."
Cara berpikir semacam itu harus kita jauhi. Coba kita ambil analogi bisnis warung makan. Ketika banyak ibu-ibu malas masak, bukankah itu adalah peluang bisnis besar agar mereka membeli dagangan kita? Dan itu akan menghasilkan untung besar bagi penjual. Nah, harusnya kita bisa berpikir demikian; ambil peluang bisnis pahala dari para orang tua yang tak bisa mengajari anaknya mengaji.
"Yakinlah pada TPQ ada potensi besar dan keridaan Allah Swt di sana," pungkas Ustaz Didik di akhir sesi.
Dalam sesi tanya-jawab ada pertanyaan bagaimana menyikapi banyaknya generasi TPQ yang hilang pasca menikah? Ustaz Didik mengembalikan pada peserta agar menikah dengan sesama visi yang peduli pada TPQ. Kemudian, tetaplah berkomunitas dengan lembaga TPQ agar bisa saling menguatkan.
Season kedua pelatihan pengelolaan atau manajemen TPQ disampaikan oleh Ustaz Aziz Cahyo Nugroho dari Yayasan Pendidikan Al-Qur'an Hamas Krakitan, Bayat, Klaten.
Pak Widodo moderator sesi 2. |
Ustaz Aziz mengajak studi kasus kondisi TPQ saat ini sebagai antisipasi agar tidak bubar. Sejauh ini ada beberapa sebab hal itu terjadi, di antaranya tidak ada manajemen baik, tak ada dukungan takmir, kualitas pengajar kurang profesional, nihilnya sumber dana, dan kurangnya dukungan wali santri.
Menyikapi kasus dalam TPQ seperti itu maka perlu sekali diadakan pelatihan manajemen TPQ, buat kurikulum dan pembagian kelas berdasar usia sekolah, lengkapi sarana prasarana, pengajar harus meningkatkan kualitas diri, ada komunikasi dengan wali santri dan pengajian untuk mereka, cari sumber dana untuk kegiatan TPQ.
Ustaz Aziz sampaikan materi. |
Selanjutnya Ustaz Aziz mempraktikkan cara mengajar TPQ menggunakan metode iqro'. Salah satunya adalah pada tiap halaman iqro' ada beberapa baris. Pengajar hanya membacakan baris pertama, sisanya yang baca adalah santri. Kita boleh memberikan motivasi tiap kali bacaan benar dengan seruan penyemangat, seperti kata 'pintar', 'bagus', 'ayo', dan sebagainya.
Ustaz Aziz menganjurkan pengajar sebaiknya bergantian mengajar santri. Jadi tak ada santri memilih diajar siapa. Kebanyakan hal itu karena terlena kenyamanan dan enggan dibenarkan saat salah membaca. Santri memilih guru yang mudah menaikkan jilid daripada yang sering menyuruh ulang baca. Maka sebaiknya bergantian saja pengajarnya.
Ketika mengajarkan iqro 1 halaman awal, ajarkan membaca tiap huruf dengan pendek. Jangan membuat santri terbiasa membaca harakat pendek dengan nada panjang. Ini akan menyulitkan pengajaran saat masuk halaman iqro yang mengajarkan panjang 2 harakat.
Saat santri masuk halaman EBTA, sebaiknya hanya ada 1 guru yang mengetes bacaannya, agar ada standar penaikan jilid. Jangan semua guru menjadi pengetes. Ketika ada santri yang belum bisa, maka cukup diulang baca pada halaman materi yang tidak dia bisa. Jangan sampai santri disuruh mengulang semua dari halaman 1.
Pembinaan ustaz-ustazah LPQ berakhir seiring azan Dhuhur berkumandang. Acara pun ditutup oleh Pak Budi selaku pembawa acara. Semoga acara ini memberikan keberkahan pada semua peserta dan panitia, termasuk kepada IPHI Kecamatan Weru yang telah membiayai keseluruhan kegiatan ini.