NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Tanda Cinta pada Allah (bag. 1)



Sore menjelang Magrib di malam Idul Adha, Alif terlihat keluar dari rumah hendak pergi ke masjid. Dia berangkat sendiri tanpa ayahnya. Ayah Alif tidak bisa berangkat ke masjid bersamanya karena harus berbuka puasa terlebih dulu. Alif sendiri di hari Arafah itu sebenarnya berniat puasa, tapi karena pagi hari dia sakit perut akhirnya dia membatalkan puasanya seperti yang disarankan gurunya di sekolah tadi pagi.

"Jangan lupa, selesai takbir keliling nanti langsung pulang ya! Biar besok pagi bisa shalat Ied dan tidak ngantuk saat khutbah," pesan Ibu sesaat sebelum Alif berangkat ke masjid.

Sampai di masjid, ternyata di sana sudah ada beberapa teman Alif yang sedang asik membicarakan takbir keliling yang akan dilaksanakan nanti setelah shalat Isya. Alif pun langsung terlihat ikut ngobrol dengan mereka. Tanpa sadar, adzan berkumandang dan mereka pun bersegera ke tempat wudlu dan masuk ke dalam masjid.

Sholat magrib pun usai, anak-anak bertambah banyak dan terlihat sibuk mengantri mendapat bagian sedikit minyak tanah yang digunakan untuk obor (oncor) yangmereka persiapkan dari rumah, sampai waktu shalat Isya tiba.

Selesai shalat Isya, Alif dan teman-temannya langsung berbaris untuk melaksanakan takbir keliling dengan obor yang sudah dinyalakan di tangan masing-masing. Suara takbir pun mulai terdengar bersahutan dari mulut mereka, dengan nada yang terdengar belum sempurna.

"Semuanya perhatikan aba-aba saya. Siap Grak!" Pak Hamzah mulai merapikan barisan.

Setelah aba-aba selesai dan barisan sudah terlihat rapi, Pak Hamzah mulai menjelaskan tata tertib takbir keliling nanti. Tidak lupa, beliau juga mengingatkan semua yang ikut takbir keliling agar mematuhi semua tata tertib untuk kelancaran acara dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi pada peserta.

Takbir keliling pun dimulai dengan bersama-sama bertakbir tiga kali dipimpin Pak Hamzah dan akhirnya mereka pun terlihat mulai berjalan sesuai jalur yang diumumkan tadi.

Selesai takbir keliling, mereka pun membentuk lingkaran untuk menunggu pembagian door prize yang dibagikan oleh takmir. Suasana riang terlihat jelas di wajah-wajah mereka dengan suara-suara yang meramaikan jika ada teman-teman yang mendapatkan door prize.

Selesai acara, mereka pun langsung membubarkan diri pulang ke rumah masing-masing, meski masih ada beberapa anak yang terlihat malas untuk langsung pulang.

Alif sendiri terlihat bersama temannya langsung pulang karena ingat akan pesan ibunya tadi yang menyuruhnya langsung pulang setelah acara selesai.

Sampai di rumah, Alif langsung pergi ke kamar mandi, cuci kaki dan berwudlu setelah sebelumnya menyikat giginya. Setelah merasa segar karena wudlu, Alif mengambil buku cerita yang belum dibaca sampai selesai tadi siang dan membacanya sambil tiduran. Dan akhirnya diapun tertidur.

"Alif, bangun, sudah jam 5 pagi! Cepat mandi dan shalat Subuh terus persiapan shalat Ied!" terdengar Ibu membangunkannya setelah hari mulai pagi.

Alif pun langsung bangun dan membereskan buku cerita yang dibacanya tadi malam. Diletakkannya buku itu di tempatnya semula. Tidak berapa lama, dia pun terlihat sudah siap berangkat ke masjid bersama dengan ayahnya, dengan sajadah di pundak mereka berdua.

Masjid masih terlihat sepi saat Alif dan ayahnya sampai, hanya ada beberpa orang yang sudah datang. Alif langsung megambil tempat di baris ketiga, sementara ayahnya mengambil tempat di baris pertama. Dan menjelang jam enam, jamaah sudah memenuhi masjid dan halamannya dengan lantunan takbir yang tidak terhenti. Shalat Ied akhirnya dilaksanakan disusul Khutbah oleh seorang khatib yang menceritakan tentang kurban Nabi Ibrahim As.

Selesai shalat, Alif langsung pulang dan sarapan pagi dengan lauk seadanya. Toh habis ini kan ikut lihat penyembelihan kurban, biasanya kan sarapan bersama-sama, katanya dalam hati.

Tanpa menunggu lama, Alif langsung berangkat ke masjid. Ternyata masyarakat sangat antusias, mereka sudah terlihat berkerumun di dekat sapi-sapi dan kambing-ambing yang hendak dikurbankan.

Kenapa orang-orang sangat antusias berkurban, ya? Alif bertanya dalam hati.

Alif mendengar orang-orang membicarakan sapi besar yang ditambatkan di pohon di pojok kebun di samping masjid. Mereka menyebutkan angka 35 juta rupiah untuk seekor sapi besar itu. Alif sendiri tidak bisa membayangkan betapa harga seperti itu adalah angka yang sangat besar bagi dirinya. Yah, lagi-lagi Alif bertanya-tanya dalam hati, kenapa masyarakat sangat antusias untuk berkurban.
(Bersambung)
Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822