Senang sekali rasanya, hari pertama di bulan Ramadhan tahun ini sudah terlewati dengan baik. Alif bisa berpuasa dengan sukses tanpa ada kendala. Apalagi sekolah libur awal Ramadhan.
Siang tadi, Alif sempat main ke rumah Jim, tapi temannya itu sedang keenakan tidur dan Alif tidak mau mengganggunya.
Sorenya setelah Asar dan Alif sudah rapi setelah mandi, menjelang buka puasa ia juga sempat ke rumah Jim untuk sekedar bermain beberapa saat.
"Jim tidur lagi, Nak, katanya takut ia kelaparan kalau tidak tidur," begitu kata ibunya Jim saat melihat Alif datang. Alif pun berpamitan pulang.
Tibalah waktu buka puasa, Alif sekeluarga menikmati buka puasa bersama dengan penuh rasa bahagia.
"Kita minum dulu saja, makan kolaknya, lalu kita jamaah dulu ke masjid," kata Ayah saat Alif hendak mengambil piring untuk makan nasi.
"Tapi Alif lapar sekali, Yah," protes Alif.
"Setelah Maghrib kita makan nasi bersama. Oke?"
Mau tidak mau Alif menurut saja kata ayahnya. Ia segera menyedok kolaknya dengan lahap. Mantap sekali rasanya, tapi belum membuat Alif puas, ia masih lapar.
Setelah shalat jamaah di masjid, Alif bersama kedua orangtuanya menikmati buka puasa dengan nikmatnya.
"Alif, jangan terlalu kenyang, ya..."
"Lho, kata Ayah habis Maghrib boleh makan sepuasnya," protes Alif.
"Alif, makan seperlunya saja. Dan jangan terlalu kenyang, karena kalau kekenyangan nanti kamu ngantuk lho, shalat Tarawihnya."
Alif mendengarkan kata-kata ayahnya. Ia membenarkan perkataan Ayah dan takut kalau Tarawih nanti mengantuk.
Saat Tarawih, Alif menjumpai Jim yang hanya ikut beberapa rekaat. Lalu ia memilih bersender di tiang masjid dan tidur.
Setelah Tarawih dan Witir, Alif membangunkan Jim. "Jim, kok kamu tidur? Ada kultum Tarawih lho, ayo didengarkan."
Jim terbangun dan ikut mendengarkan kultum, tapi ia tertidur lagi. Baru bangun setelah kultum selesai.
"Kamu kok tidur terus, Jim? Dua kali aku ke rumahmu tapi kamu belum bangun. Sekarang shalatpun kamu malah tidur," komentar Alif.
"Siang aku memilih tidur, Lif, biar tidak lapar. Kan kata orang, tidurnya orang puasa adalah ibadah," sanggah Jim.
"Meski begitu, kan banyak ibadah lain yang lebih baik yang bisa dikerjakan. Membantu orang tua misalnya, atau membaca Alquran. Itu lebih bermanfaat dari pada tidur," kata Alif.
Jim menguap. Rupanya masih ngantuk juga dia.
"Kebanyakan tidur kamu malah ngantuk waktu jamaah Tarawih."
"Entahlah, aku hanya merasa perutku kekenyangan saja, Lif."
"Pantas saja," kata Alif. Jadi ingat ia pada nasihat Ayah tadi.
Jim masih saja menguap.
"Puasa tidak harus bermalasan lho, ya. Sekarang kita tadarus yuk. Dan bersemangat untuk puasa lagi esok hari," ajak Alif segera.
Sementara malam penuh berkah terus merangkak. Gema tadarus di masjid-masjid masih mewarnai suasana. (Basayev)
Share This Article :