Salah satu media untuk berdakwah adalah media cetak, di mana kemampuan tulis-menulis sangat diperlukan. Menulis sendiri adalah kemampuan manusia yang bisa ditumbuhkan dengan mengasah bakat dan keinginan menekuni dunia kepenulisan. Untuk memberikan wadah latihan menulis, maka terbitlah buletin Media An Nuur tercinta kita ini.
Sekilas Media An Nuur
Media An Nuur terbit pertama kali pada bulan Januari tahun 2013, dengan menampilkan rubrik Liputan Utama, Ini Ceritaku, Santri Bersyair dan Kuis Santri Cerdas. Juga menampilkan gambar hasil karya santri di sampul belakang.
Kegiatan yang dilaksanakan selama bulan berjalan di TPA An Nuur, baik itu kegiatan belajar-mengajar, kajian tambahan, outbond dan sebagainya diliput secara khusus dan dijadikan rubrik Liputan Utama.
Santri juga bisa berlatih menulis untuk mengisi rubrik di Media An Nuur. Kisah sehari-hari mereka bisa ditulis dan dimuat di rubrik Ini Ceritaku. Sementara yang suka menulis puisi bisa dimuat di rubrik Santri Bersyair. Minat yang ditunjukkan para santri cukup besar untuk mengisi kedua rubrik ini. Pun dengan kiriman gambar untuk tampil di sampul belakang buletin, sampai antri untuk pemuatan.
Tahun pertama ada rubrik Kuis Santri Cerdas yang menyajikan pertanyaan seputar pengetahuan Islam untuk dijawab para santri. Rubrik tersebut ditiadakan di tahun kedua dan diganti rubrik baru, Nasehat Diri yang langsung diisi oleh Kepala TPA An Nuur yakni Pak Ibnu Ka'ab.
Hasil karya santri
Pemuatan hasil karya santri tentunya untuk mengasah kemampuan santri, baik kemampuan bercerita, berimajinasi, dan menuliskannya dengan kalimat-kalimat. Menggambar adalah hobi sebagian besar anak, jadi tetap diwadahi dengan pemuatan di Media An Nuur.
"Saya menghargai sekali karya-karya santri yang orisinil, asli, tidak meniru atau menjiplak dari karya orang lain," kata Pak Wakhid, pimpinan redaksi, yang sekaligus editor penyeleksian naskah yang masuk.
Beliau mengharapkan agar santri mengirim naskah karya sendiri. "Meski naskah apa adanya, tapi karya sendiri, lebih baik dari pada meniru."
Santri juga mendapat honor berupa uang jajan untuk setiap naskah yang dimuat. Nilainya memang tak seberapa tapi cukup membuat bangga, apalagi karyanya bisa dibaca dan dilihat teman-temannya.
Untuk laporan kepada donatur
Selain berfungsi menjadi wadah kreativitas santri, buletin Media An Nuur ini juga sebagai sarana komunikasi antara TPA dengan para dermawan yang menjadi donatur bulanan TPA An Nuur.
Dicetak dalam edisi lebih besar dari pada buletin yang dibagikan kepada santri, Media An Nuur diserahkan kepada para donatur yang setiap bulan menginfakkan sebagian rezekinya untuk membantu kegiatan TPA An Nuur Sidowayah.
"Di halaman terakhir dimuat kutipan laporan keuangan TPA tiap bulan. Jadi, donatur bisa turut memantau pemasukan dan pemanfaatan dana yang ada," kata Pak Wakhid pula, "Sekaligus mengetahui perkembangan dan kegiatan apa saja di TPA."
Santri senang membaca buletin
Santri selalu menunggu terbitnya Media An Nuur karena penasaran naskah siapa yang dimuat. Antusias yang ditunjukkan membuat redaksi bersemangat untuk tetap eksis menerbitkan Media An Nuur.
"Memang terkadang tak sesuai target awal bulan terbit," aku Pak Wakhid. "Tapi Redaksi tetap berusaha buletin terbit di bulan tersebut."
Pak Ibnu Ka'ab sendiri berharap agar kehadiran Media An Nuur mampu memberi manfaat. "Adik-adik santri, ayo kirimkan cerita, puisi maupun hasil gambarmu ke Redaksi. Saya sih berharap suatu saat ada santri kita yang bisa menulis di media massa, koran atau majalah yang terbit dengan skala lokal maupun nasional," harapnya.
Menulis adalah salah satu sarana menyampaikan dakwah. Marilah, kita gemari menulis dan membaca. (basayev)
Share This Article :