NqpdMaBaMqp7NWxdLWR6LWtbNmMkyCYhADAsx6J=
MASIGNCLEANLITE104

Bangga bisa berbakti pada orangtua


Teman, kalian tahu Malin Kundang, kan? Benar, Malin Kundang memang tokoh terkenal, hampir semua orang Indonesia mengenalnya. Bahkan, cerita yang sejenis Malin Kundang ada di tiap-tiap negara dengan perilaku yang sama, meski dengan nama tokoh yang berbeda. Tapi, amit-amit deh jadi terkenal seperti dia, mending kita tidak terkenal tapi punya perilaku baik. Tidak seperti Malin yang terkenal karena sifat jeleknya.

Malin Kundang memang terkenal karena perilaku buruknya. Sampai saat ini , tokoh yang berasal dari legenda rakyat Sumatera Barat inilah yang menjadi contoh yang paling sering digunakan orang untuk menggambarkan seorang yang tidak berbakti pada orangtuanya. Jangankan berbakti, bahkan mengakui sebagai anak saja dia tidak mau karena orangtuanya yang miskin dan papa, sedangkan dirinya sudah menjadi orang yang kaya raya. Demikian cerita tentang dirinya yang mendunia.

Teman, meski Malin Kundang adalah cerita rakyat yang tergolong legenda, tapi bukan tidak mungkin tokoh Malin Kundang ada di antara kita, atau malah kitalah yang menjadi sosok Malin Kundang tersebut? Semoga tidak, ya, teman-teman! Naudzubillahi min dzalika, deh!

Sebagai generasi Islam, kita harus belajar mulai sekarang agar kita bisa disebut sebagai anak yang berbakti dan taat pada nasihat orangtua dan betul-betul berbakti pada mereka. Caranya? Mencari banyak teman, belajar dengan baik, membantu pekerjaan rumah, patuh serta taat pada nasihat mereka dan banyak hal lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan sebutan anak yang berbakti pada orangtua.

Jadi, anak yang berbakti itu pada dasarnya adalah anak yang membaktikan dirinya pada orangtua dengan melaksanakan hal-hal yang akan membuat orangtua menjadi senang dan bangga padanya, di samping juga mematuhi dan melaksanakan perintah dan nasihat orangtuanya. Bukan dengan mengaku sebagai orang yang berbakti tapi kenyataannya hanya membuat susah orangtua karena seringnya tidak mematuhi pesan dan nasihat mereka. Bahkan malah kita bersikap lebih parah lagi dengan membantah mereka.

Ya, teman, jangan sampai diri kita mengaku-aku sebagai seorang yang berbakti pada orangtua sementara perilaku kita jauh dari hal-hal yang menyenangkan untuk mereka dan malah seringkali kita hanya membuat mereka marah dengan banyaknya hal yang kita lakukan yang menjadi larangan-larangan dari mereka.

Seringkali kita diberi pesan untuk tidak bermain sampai waktu Magrib tiba, tapi kita malah masih enak bermain meski hari sudah gelap. Seringkali kita diberi nasihat untuk rajin belajar, tapi ternyata kita lebih suka menonton televisi meski sedang masa ulangan. Dan banyak sekali hal lain yang menjadi alasan dan petunjuk yang menyatakan bahwa sebenarnya kita adalah Malin Kundang jaman sekarang, meski kita tidak mau mengakuinya dan tetap mengaku sebagai orang yang berbakti pada orangtua.

Sekali lagi, teman, mari dari sekarang, kita buktikan bahwa kita bukanlah Malin Kundang. Caranya dengan patuh dan taat pada orangtua, serta melakukan hal-hal yang membuat mereka senang pada kita. Dan kita harus bangga menjadi orang yang berbakti pada mereka meski seringkali harus melakukan hal yang dianggap memalukan seperti membantu mencuci piring dan lain-lainya. Buktikan bahwa kita bangga menjadi anak yang berbakti pada orangtua! (kaabisme)
Share This Article :
Wakhid Syamsudin

Berusaha menjadi orang bermanfaat pada sesama melalui tulisan. Saat ini mengelola blog Media An Nuur (www.media-annuur.com), Bicara Cara (www.bicaracara.my.id), dan blog pribadi (www.syamsa.my.id)

2907636960708278822