Rabu sore, ba'da shalat Asar, tepatnya pukul setengah lima sore,di masjid An Nuur Sidowayah, diselenggarakan kajian khusus santriwati Alquran yang telah diwisuda tahun pertama.
Kajian ini ditujukan untuk membina para santriwati pasca iqro' yang rata-rata sudah memasuki usia SMP, di mana pada usia ini rawan sekali pengaruh pergaulan. Sekolah baru yang tentu menghadirkan teman-teman baru bagi mereka, tentu harus ada antisipasi agar tidak gampang terpengaruh pergaulan yang kurang baik.
"Usia SMP adalah permulaan mereka mengenal pergaulan luar," berkata Pak Aris yang menjadi pencetus kajian Rabu sore ini. "Selama ini, santri TPA mulai meninggalkan masjid dimulai dari masuknya mereka ke SMP. Dan itu yang sedang kita perhatikan serius."
Memang, SMP menjadi awal pergaulan yang sering kali kurang menguntungkan bagi kelangsungan santri TPA mendatangi masjid. Apalagi TPA. "Merasa sudah gede, merasa sudah bisa ngaji, akhirnya tidak mau lagi datang ke TPA," kata Pak Aris penuh kekhawatiran mendalam.
Untuk itulah, kegiatan kajian keputrian ini coba dihidupkan. Sekaligus untuk membentengi mereka dari zaman yang serba tidak menguntungkan ini.
"Mereka harus jadi remaja masjid. Penerus IRMAS (Ikatan Remaja Masjid An Nuur Sidowayah). Agar ada generasi peduli masjid di masa nanti."
Pak Aris meminta Bu Tya dan Bu Alfi untuk menjadi mentor mereka. Dengan ustadzah sejenis tentu mereka tak akan sungkan jika hendak membahas masalah-masalah kewanitaan, utamanya mereka sudah berusia baligh.
Ketika dijumpai usai mengisi kajian keputrian ini, Bu Tya sedikit berbagi kepada Media An Nuur. "Anak-anaknya banyak bercandanya," kata Bu Tya. "Barangkali memang lagi masanya. Mereka terlalu sering bergurau. Mungkin saking senangnya kumpul-kumpul seusia."
Bu Tya mengaku, saat beliau menerangkan kajian, sebagian mereka asyik ketawa-ketiwi. "Tapi insya Allah mereka memperhatikan juga kok. Ya, saya maklum. Yang terpenting mereka masih konsisten, istiqamah mengikuti semua kegiatan yang diadakan TPA dan masjid."
Segala upaya mempersiapkan generasi penerus, memang tak boleh patah semangat. Apapun yang terjadi, kita tetap harus berusaha memberikan bekal akidah.
Ketika ditanya mengapa hanya santriwati, Pak Aris menjelaskan, bahwa saat ini yang masih benar-benar aktif TPA adalah para santriwati. Sementara memang jumlahnya lebih dominan. "Untuk santriwan, hanya beberapa anak dan masih diikutkan TPA hari Jumat dan Ahad dulu. Belum ada program khusus sementara ini." (basayev)
Share This Article :