Belajar itu tidak harus melulu serius dengan membaca, menulis ataupun mengerjakan tugas. Belajar bisa dengan kegiatan penyegaran yang menghibur, seperti yang digelar di masjid An Nuur pada sore hari Ahad 28 April 2013.
Kali ini, TPA An Nuur Sidowayah menggelar acara nonton bareng film Rumah Tanpa Jendela. Adapun sinopsis dari film ini adalah, kisah tentang Rara (Dwi Tasya) gadis kecil berusia 8 tahun, sangat ingin punya jendela di rumahnya yang kecil berdinding tripleks bekas di sebuah perkampungan kumuh tempat para pemulung tinggal di Menteng Pulo, Jakarta.
Si Mbok (Inggrid Widjanarko), neneknya Rara - yang sakit-sakitan dan ayahnya, Raga (Raffi Ahmad) yang berjualan ikan hias dan tukang sol sepatu, tidak cukup punya uang untuk membuat atau membeli bahkan hanya selembar daun jendela dan kusennya saja.
Bersama teman-temannya sesama anak pemulung, sebelum ngamen atau ngojek payung jika hari sedang hujan, Rara sekolah di tempat sederhana khusus untuk anak jalanan. Bu Alya (Varissa Camelia) satu-satunya pengajar sukarelawan disitu yang membimbing dan membina anak-anak pemulung tersebut.
Di tempat lain, di perumahan mewah kota Jakarta – adalah Aldo (Emir Mahira) anak lelaki berusia 11 tahun yang sedikit terbelakang, merindukan seorang teman di tengah keluarganya yang sibuk dengan urusannya masing-masing. Ia anak bungsu dari pengusaha sukses, Pak Syahri (Aswin Fabanyo) dan Nyonya Ratna (Alicia Djohar). Kehadiran Nek Aisyah (Aty Cancer Zein) – Ibu Pak Syahri menjadi penghiburan untuk Aldo. Nek Aisyah sangat menyayanginya.
Suatu hari, Aldo berkenalan dengan Rara yang saat itu tengah mengojek payung dan terjatuh menimpa mobil Aldo gara-gara didorong temannya sesama ojek payung yang merasa rezekinya diserobot Rara. Sejak itu mereka menjadi akrab. Perkampungan kumuh tempat Rara tinggal terjadi kebakaran, sementara di rumah Aldo semua panik karena karena Aldo minggat dari rumah, kecewa dengan sikap kakaknya yang terang-terangan mengatakan merasa malu memiliki adik seperti dirinya. Berbagai peristiwa yang mengejutkan dan menyentuh bergulir bersama kisah persahabatan Rara dan Aldo. (Sumber: wikipedia.org).
Selain menikmati film, santri juga diberi kuis dengan menjawab 3 pertanyaan, yakni pelajaran baik apa yang bisa diambil dari film ini, contoh perbuatan buruk yang tidak boleh ditiru dan menyebutkan tokoh utama film ini.
Film diputar dengan lcd proyektor yang dipinjam dari MIM Sidowayah, disorotkan langsung ke tembok masjid. Anak-anak tampak antusias menyaksikannya. Meski kejenuhan turut hadir hingga beberapa anak memilih bermain sendiri, berkejaran hingga mengganggu teman lain.
"Kendala kita pada sound. Speaker aktif yang dipakai ternyata tidak bisa maksimal. Suara yang dihasilkan kurang jelas, apalagi ketika santri ada yang mulai ramai sendiri," kata Ustad Kaab pada Media An Nuur yang berkesempatan juga ikut nonton bareng bersama para santri ini.
Meski suara tidak maksimal, ternyata para santri cukup bisa memahami alur cerita film ini. Sambil menikmati setiap scene-nya, terlihat mereka sesekali menulis ketika merasa menemukan jawaban kuis dari film tersebut.
Acara nonton bareng ini dimulai bakda shalat Asar sampai jam 5 sore. Sebelum menonton, santri diajak bersama-sama shalat Asar berjamaah.
Setelah film selesai diputar, santri segera mengumpulkan jawaban masing-masing. "Hampir semua santri mengumpulkan jawaban. Berarti mereka bisa menangkap kandungan moral dari menonton film," kata Ustad Wakhid sambil memperlihatkan tumpukan kertas jawaban kuis.
Setelah memilah dan memilih jawaban para santri, akhirnya diputuskan pemenangnya. Yakni Eterna Maka Suci dengan jawabannya sebagai berikut:
1. Membaca buku di waktu luang, memberi bantuan kepada orang lain, mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan, menghormati orang tua, apabila kecelakaan kita harus bersikap sabar dan berdoa kepada Tuhan.
2. Mengejek orang lain, membuat orang lain celaka, iri terhadap nikmat orang lain, membeda-bedakan teman bergaul.
3. Rara dan Aldo.
Semoga acara ini bermanfaat meski masih banyak kekurangan dalam hal teknis. (basayev)
Share This Article :